Ratusan Ton Ikan Mati, Petani Ikan di Cirata Rugi Miliaran Rupiah
5:49:00 AM
CIANJUR, (KC).- Para petani ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Cirata di wilayah Kecamatan Cikalongkulon, dan Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, mengaku menderita kerugian miliaran rupiah akibat ratusan ton ikan mereka mati mendadak. Matinya ikan jenis nila, mas dan bawal tersebut diduga akibat kondisi cuaca buruk, serta intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan ikan kekurangan oksigen.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, kematian ikan yang disebabkan adanya umbalan atau arus balik di dasar air yang dikenal dengan istilah up welling itu terjadi dalam beberapa hari terakhir. Para petani ikan yang berada di wilayah Blok Patok Besi, Blok Maleber dan Blok Sangkali di wilayah Kecamatan Cikalongkulon, dan Blok Nenggang dan Blok Ciputri terpaksa menjual ikannya jauh di bawah standar untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
"Daripada kita rugi besar akibat ikan pada mati, ikan-ikan yang masig hidup kami panen lebih dini. Resikonya karena belum semestinya di panen, harganyapun anjlok dibawah standar biasanya," kata seorang petani ikan, Yayan Taryana (40), Selasa (22/1/2013).
Akibat banyaknya ikan yang mati, maka harga jual juga turun drastis. Ikan yang biasanya dihargai Rp 16 ribu/kilo gram ditingkat tengkulak, saat ini hanya diterima Rp 5 ribu sampai Rp 5,5 ribu/kilogramnya. "Hampir semua petani ikan mengalami kerugian, diperkirakan semuanya kalau di total mencapai sekitar Rp 6 miliar," katanya.
Sementara itu, tidak hanya para petani ikan di waduk Cirata yang merugi, para penjual ikan air tawar diwilayah Cangklek, Desa Sukamanah, Kec. Cugenang, Kab. Cianjur juga merugi. Hal itu terjadi lantaran ambrolnya saluran irigasi yang mengairi kolam para penjual ikan tersebut akibat diterjang banjir. Para penjual ikan dan para pemilik kolam pancing praktis merugi.
"Jelas kita merugi, semua ikan yang biasanya ditampung dikolam pada mati, akibat tidak ada air yang mengalir. Kita terpaksa menjual semua ikan yang ada, karena kalau tidak akan mati dan tentunya harganya akan jatuh," kata Abah Gideg penjual ikan.
Kondisi tersebut dipastikan akan berlangsung lama, lantaran jebolnya saluran irigasi diwilayah Kampung Seseupan, Desa Sukamanah sepanjanh 30 meter itu butuh waktu lama untuk perbaikan. Kalau dipaksakan diperbaiki pada musim penghujan ini kemungkinan bisa terjadi ambrol lagi lantaran tidak kuat diterjang banjir yang sewaktu-waktu terjadi.
"Praktis semua penjual ikan merugi, tidak dagangan yang dijual. Kami hanya bisa berharap semoga situasi seperti ini tidak berlangsung lama. Pemerintah kami harapkan segera memperbaiki saluran irigasinya yang rusak," harapnya (KC-02)**.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, kematian ikan yang disebabkan adanya umbalan atau arus balik di dasar air yang dikenal dengan istilah up welling itu terjadi dalam beberapa hari terakhir. Para petani ikan yang berada di wilayah Blok Patok Besi, Blok Maleber dan Blok Sangkali di wilayah Kecamatan Cikalongkulon, dan Blok Nenggang dan Blok Ciputri terpaksa menjual ikannya jauh di bawah standar untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
"Daripada kita rugi besar akibat ikan pada mati, ikan-ikan yang masig hidup kami panen lebih dini. Resikonya karena belum semestinya di panen, harganyapun anjlok dibawah standar biasanya," kata seorang petani ikan, Yayan Taryana (40), Selasa (22/1/2013).
Akibat banyaknya ikan yang mati, maka harga jual juga turun drastis. Ikan yang biasanya dihargai Rp 16 ribu/kilo gram ditingkat tengkulak, saat ini hanya diterima Rp 5 ribu sampai Rp 5,5 ribu/kilogramnya. "Hampir semua petani ikan mengalami kerugian, diperkirakan semuanya kalau di total mencapai sekitar Rp 6 miliar," katanya.
Sementara itu, tidak hanya para petani ikan di waduk Cirata yang merugi, para penjual ikan air tawar diwilayah Cangklek, Desa Sukamanah, Kec. Cugenang, Kab. Cianjur juga merugi. Hal itu terjadi lantaran ambrolnya saluran irigasi yang mengairi kolam para penjual ikan tersebut akibat diterjang banjir. Para penjual ikan dan para pemilik kolam pancing praktis merugi.
"Jelas kita merugi, semua ikan yang biasanya ditampung dikolam pada mati, akibat tidak ada air yang mengalir. Kita terpaksa menjual semua ikan yang ada, karena kalau tidak akan mati dan tentunya harganya akan jatuh," kata Abah Gideg penjual ikan.
Kondisi tersebut dipastikan akan berlangsung lama, lantaran jebolnya saluran irigasi diwilayah Kampung Seseupan, Desa Sukamanah sepanjanh 30 meter itu butuh waktu lama untuk perbaikan. Kalau dipaksakan diperbaiki pada musim penghujan ini kemungkinan bisa terjadi ambrol lagi lantaran tidak kuat diterjang banjir yang sewaktu-waktu terjadi.
"Praktis semua penjual ikan merugi, tidak dagangan yang dijual. Kami hanya bisa berharap semoga situasi seperti ini tidak berlangsung lama. Pemerintah kami harapkan segera memperbaiki saluran irigasinya yang rusak," harapnya (KC-02)**.