BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Biaya Operasi Bibir Sumbing Rp 1 M

KESEDIHAN mendalam sepertinya terpancar dari raut wajah Wartini (35) warga Kampung Mekarlaksana RT 20/07, Desa Jayagiri, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. Betapa tidak saat melihat kondisi anak keduanya Siti Aminah (6) terlahir berbeda dari bocah seusianya. Sejak lahir Siti menderita bibir sumbing parah dengan tingkat kerusakan wajahnya diperkirakan mencapai 70%. Konon, kondisi itu baru pertama kali ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan pengakuan orang tuanya, Siti pernah mengikuti operasi bibir sumbing geratis. Hanya saja waktu itu tim medis yang menanganinya mensyaratkan kalau siti harus menjalani operasi selama 9 kali. Itupun harus menyiapkan dana untu operasi sebesar Rp 1 milyar dengan alasan harus melibatkan tim dokter spesialis yang ahli dibidangnya.
Sebagai keluarga yang kurang mampu dengan pekerjaan sebagai buruh tani, apalagi orang tuan Siti Wartini dan Rahmat (35) tidak terdata dalam jaminan kesehatan masyarakat miskin ataupun surat keterangan tidak mampu (SKTM), untuk menyiapkan dana Rp 1 milyar tidak ada dalam mimpinya. Sehingga satu-satunya jalan mereka nekad meminta bantuan pengobatan anaknya ke Lembaga Bantuan Kesehatan (LBK) Yayasan Forum Perencanaan dan Pembangunan (FP2C) Kabupaten Cianjur di Jalan Hj. Siti Boededar yang dilahirkan Moch. Toha Sekretaris Komisi IV DPRD Cianjur
Perjuangan untuk sampai ke tempat  itu dirasakan cukup melelahkan. Selain perjalanan dari kampung halamanya yang memakan waktu hingga 8 jam, untuk biaya perjalanan keluarga kurang mampu itu terpaksa menjual barang-barang yang ada dirumahnya untuk bekal ke Cianjur.
Jika melihat kondisi bocah enam tahun itu, dipastikan siapapun akan merasa prihatin. Bagian bibirnya tampak rusak parah. Bagian mata kirinya seperti akan terlepas. Kondisi Siti yang seperti itu kerap menjadi ledekan teman-teman sebayanya. Siti pun kerap menangis sendirian di kamar karena menjadi bahan ledekan orang lain.
"Kami tidak tega kalau mendengar anak saya itu diledek anak-anak seusianya. Dia selalu menangis ingin sekolah, tapi kalau melihat kondisinya kami tidak tega. Pada hal kakaknya lahir secara normal tidak ada kelainan apapun," kata Wartini.
Dikatakan Warini, anaknya itu acap kali mengeluh sakit pada bagian mata kirinya yang tampak akan terlepas. Penglihatannya mata kanannya pun tidak begitu sempurna. "Anak saya itu merengek pingin sekolah, dia juga sudah bisa baca dan tulis, tapi kami tidak sanggup, kawatir diledek sama teman-temanya. Hanya satu yang kami harapkan, ada dermawan yang menyumbang untuk pengobatan anak saya," tegasnya,.
Direktur LBK YFP2C, M Sobari, mengaku turut prihatin saat melihat kondisi cacat fisik yang menimpa Siti. Apalagi sepertinya aparatur pemerintahan dari mulai tingkat desa hingga kabupaten seakan tutup mata melihat penderitaan bocah malang itu.
"Sungguh ironis, keluarga mereka tidak terdata dalam jamkesmas maupun jamkesda. Ini merupakan suatu kerugian bagi masyarakat miskin yang tidak bisa mendapatkan haknya. Ini merupakan contoh kecil kesalahan besar Pemkab Cianjur yang tidak mengakomodasi masyarakatnya mendapatkan pelayanan kesehatan gratis," tegas Sobari (KC-02)***.

Comments1

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.