BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Biaya Pengobatan Thalassaemia Capai Rp 250 Juta Per Orang Per Tahun

Thalassaemia
KabarCianjur-Jln. Siliwangi;Penderita Thalassaemia di Kabupaten Cianjur setiap tahunnya diperkirakan selalu bertambah sebanyak 20 orang. Perkiraan tersebut melihat frekuensi carrier (bawaan) hingga 5-10% dari jumlah penduduk Kabupaten Cianjur sebanyak 2,2 juta jiwa.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Cianjur Suranto saat menjadi pembicara dalam kegiatan Seminar dan Sosialisasi Sahabat Thallassaemia di Gedung Wanita Bale Rancage, Jalan Siliwangi Cianjur, belum lama ini. 
Menurut Wabub, berdasarkan hasil pemeriksaan darah secara acak di Kabupaten Cianjur, dari 50 orang yang diperiksa 80% pembawa sifat Thalassaemia. "Bersadarkan pendataan penderita thalasemia mayor atau yang berobat sebanyak 128 orang sampai dengan Desember 2011," kata Wabub.
Pasien yang menjalani perawatan harus memenuhi beragam pengobatan dengan biaya besar yang meliputi biaya tranfusi darah, peralatan, perawatan, obat, dan keperluan lain seperti menyewa dan membeli alat pompa infuse. 
"Setiap pasien sedikitnya membutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta perbulan dan setiap tahun bisa mencapai Rp 250 juta per orang. Bila diambil rata-rata setiap penderita menghabiskan darah 500 cc atau 2 labu perbulan, obat kelasi besi anak (masa pertumbuhan) 5 hari/minggu, 20 hari/bulan, biaya rumah sakit, transfortasi dan bila di uangkan diperlukan biaya rata-rata Rp 200 – Rp 300 juta/ penderita/pertahun," jelasnya.
Dijelaskan Suranto, thalassaemia adalah suatu penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh faktor keturunan dan banyak diderita oleh anak-anak yang berada dikawasan laut tengah, timur tengah dan Asia. Penyakit ini pada awalnya terkena pada anak-anak usia 3-18 tahun, tampak menunjunkan gejala atau suatu kelainan pada penderita. 
"Pada tahap berikutnya penderita akan mengalami anemia, pucat, sukar tidur, lemas dan tidak mempunyai nafsu makan. Thalassaemia terbagi kedalam beberapa jenis yaitu thalassaemia Trait atau Minor dan Thalasemia Mayor," katanya. 
Jumlah penderita Thalasemia di Indonesia, terbesar adalah wilayah Jawa Barat yaitu sekitar 1.739 penderita. Penangganan yang dilakukan sampai sekarang dilakukan dengan memberikan tranfusi darah secara berkala dan berkesinambungan dalam periode atau selang 4-6 minggu sekali. Dengan seringnya tranfusi darah, maka zat besi dalam tubuh si penderita akan bertambah banyak akibat dari banyaknya zat besi tersebut dapat merusak organ tubuh penderita.
"Jantung akan terganngu dan dapat merubah warna kulit dan muka. Untuk menetralisir atau memperkecil akumulasi zat besi tersebut, maka perlu diberikan obat suntik khusus yang disebut desferal minimum 5 kali dalam seminggu. Jika penderita tidak mendapatkan penanganan secara teratur, pada umumnya usia penderita tidak melebihi 8-10 tahun," tegasnya.
Secara terpisah, Dr. Feri Ferdiyansyah yang terbiasa menangani penyakit thalassaemia, mengatakan sampai saat ini upaya pencegahan terus dilakukan salah satunya dengan mendirikan ruang Mawar di RSUD Cianjur sebagai pusat thalasemia Cianjur pada tanggal 4 Desember 2007 silam. 
"Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) dibentuk oleh perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia (POPTI), sebagai lembaga yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua dan penderita thalassaemia. Pemerintah membantu pembiayaan pengobatan thalassaemia dengan memberikan Jamkesmas (bagi masyarakat tidak mampu yang terdaftar), Askes (untuk pegawai negei dan pensiun) dan Jampelthas (bagi masyarakat yang tidak termasuk Askes dan Jamkesmas)," tegasnya (KC-02)***.
======================================

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.