Pelanggan SPBU sedang mengisi BBM |
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Kab. Cianjur, Soedrajat Annas, mengatakan, hingga saat ini belum ada kepastian dari pemerintah sendiri terkait aturan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi. Dia mengaku pesimis program tersebut bisa berjalan tepat waktu mengingat masih banyaknya kendala dilapangan.
"Salah satu kendala yang menghantui adalah ketidaksiapan infrastruktur, sumber daya manusia, belum ada mekanisme pengawasan di SPBU yang jelas, dan keterbatasan dana. Tanpa persiapan yang matang, pelaku usaha yang skalanya menengah akan kalah bersaing dengan SPBU pemilik modal yang kuat," kata Soedrajat, Senin (30/1/2012).
Menurutnya, dari total 29 SPBU yang ada saat ini, baru 10 SPBU yang menjual pertamax. Sedangkan 9 SPBU lainya harus mengalikan tangki pendam ke pertamax, sisanya 10 SPBU memerlukan investasi baru.
Sejauh ini lanjut Soedrajat, pengalihan tangki pendam ke pertamax membutuh waktu sekitar 3 bulan dan akan menelan biaya sekitar Rp 200 juta. Sedangkan investasi baru untuk membangun sebuah infrastruktur bagi SPBU yang tidak menjual pertamax diperkirakan akan menelan biaya mencapai Rp 500 juta.
"Disini persoalanya, tidak semua pemilik SPBU termasuk pengusaha golongan menengah ke atas sanggup untuk membangun sarana itu. Kecuali ada bantuan kredit lunak, mungkin saja bisa dilakukan. Kalau tidak sepertinya mereka tidak mau mengubah tangki ke pertamax," jelasnya.
Sementara itu, Andi salah satu pengelola SPBU di Jalan Raya Sukabumi, mengaku SPBU yang dikelolanya harus membangun tangki pendam baru, karena SPBU yang dikelola saat ini tidak menjual pertamax. Untuk menyiapkan semuanya itu butuhkan investasi baru yang akan menghabiskan ratusan juta rupiah.
"Sampai saat ini saya belum tahu solusinya, karena peraturan mengenai kebijakan pembatasan BBM bersubsidi itu masih berubah ubah. Tapi kalau melihat kondisi masyarakat terkait masalah pembatasan itu sampai saat ini belum ada masalah apalagi gejolak, masih seperti biasa," katanya.
Kalaupun ada persoalan hanya seputar jumlah pasokan BBM. Hanya saja secara umum masih normal. "Mungkin hanya masalah keterlambatan pengisian dari pertamina. Itupun hanya berkisar 2 - 3 jam, paling hanya masalah DO, kalau jatuh hari libur biasanya dikirim pada hari kerja," tegasnya (KC-02)***.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.