BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Ratusan Siswa Absen Belajar, Akibat Jembatan Rawayan Ambruk

Jembatan Rawayan  Ambruk Akibat Deras Sungai Cimaragang
KabarCianjur-Cidaun;Akibat jembatan gantung (Rawayan) ambruk, sejumlah siswa dari warga Kampung Cisarakan Desa Gelarpawitan dan Kampung Cisiluman Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, hampir satu bulan jarang masuk sekolah. Kalupun ada yang masuk, para siswa harus memutar arah yang jaraknya cukup jauh.

Informasi yang berhasil di himpun menyebutkan, ambruknya jembatan rawayan tersebut terjadi pada Senin (4/1) akibat tidak kuat menahan derasnya arus sungai Cimaragang. Ambruknya jembatan tersebut sempat membuat lumpuh aktivitas warga. Terdapat sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) yang menghuni diwilayah kedua desa. Bahkan terdapat setidaknya sekitar 170 siswa warga setempat yang mayoritas bersekolah di SDN Cisarakan dan SMPN 3 Cidaun. Mereka terpaksa absen dari kegiatan belajar lantaran akses jembatan yang selama ini menjadi sarana fital tidak bisa dilalui.
Wakil Kepala Sekolah SMPN 3 Cidaun Entang Rohandi (52), membenarkan banyaknya siswa dari kedua desa yang absen setelah jembatan rawayan ambruk. "Kita memaklumi, memang ada beberapa siswa yang absen sejak jembatan itu ambruk. Informasinya sih akibat diterjang banjir sungai Cimaragang. Kalaupun masih ada siswa yang masuk, mereka harus memutar arah yang jaraknya belasan kilometer," kata Entang saat dihubungi, Selasa (31/1).
Hal serupa juga diungkapkan, Taufik Maulana (32), salah seorang guru warga setempat. Robohnya jembatan rawayan tersebut dimungkinkan akibat usianya yang sudah udzur. Menurutnya, jembatan yang ambruk tersebut dibangun pada sekitar tahun 1971 berkat swadaya masyarakat. Hingga jembatan itu ambruk, kata Taufik, belum ada perhatian dari pemerintah.
"Keberadaan ini sangat fatal bagi masyarakat, terutama bagi para siswa. Karena jembatan itu merupakan akses pendidikan ke SDN Cisarakan dan SMPN 3 Cidaun," kata Taufik.
Secara terpisah Kepala Desa Neglasari Karmin (40) mengaku, pasca robohnya jembatan rawayan diwilayahnya itu, dia mengaku telah mengusulan perbaikan kepemerintah setelah dilakukan penghitungan anggaran yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp 100 juta.
"Saya telah usulkan ke pemerintah melalui kecamatan, tapi hingga saat ini belum ada konfirmasi apakah mau dibangun atau tidak. Sebenarnya pada 2011 lalu ada dari Dinas Tata Ruang dan Pemukiman yang melakukan survei, tapi sampai saat ini tidak ada kejelasanya," kata Karmin (KC-02)***.

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.