KabarCianjur-Jln. Raya Bandung; Islam merupakan agama yang dipeluk oleh masyarakat terbesar di Indonesa, termasuk di Kabupaten Cianjur. Akhir-akhir ini wajah Islam tampak mengejutkan sekaligus memiriskan dengan banyaknya kasus kekerasan dan ancaman bom dengan membawa-bawa nama Islam. Sebut saja kasus teror bom buku di awal April 2011, bom Cirebon di pertengahan bulan April 2011, dan bom salah satu gereja Solo. Kasus-kasus ini semua membawa nama ajaran Islam tertentu, seperti syahid, jihad, pemberlakuan syariat Islam, melawan thâghût (setan dalam bentuk manusia).
Demikian diungkapkan, Iman Sulaeman, Ketua Pelaksana Diskusi Tokoh Umat Islam se Kabupaten Cianjur yang mengambil tema Membendung Arus Kekerasan Mengatasnamakan Agama, Dalam Upaya Meneguhkan Islam Rahmatan Lil Alamin di komplek Pondok Pesantren Al Ijtihad, Rawa Bango, Karangtengah Cianjur, Selasa (28/2).
Menurut Iman, dari sisi umat Islam., dengan adanya kasus-kasus kekerasan yang bernuansa, atau tepatnya menggunakan simbol keagamaan dan intoleransi, menunjukkan bahwa tidak mudah menghilangkan keyakinan-keyakinan dengan simbol agama untuk melakukan kekerasan.
"Memang untuk konteks Kabupaten Cianjur, tidak terjadi teror bom buku dan kasus peledakan bom, paling tidak sampai akhir tahun 2011. Akan tetapi, pemberitaan media massa akhir-akhir ini tentang adanya kelompok tertentu dengan mengatasnamakan simbol Islam, tampak fenomena ini juga telah melanda sebagian masyarakat Cianjur," katanya.
Terlebih lagi bahwa mayoritas masyarakat Cianjur memeluk Islam sebagai agamanya, maka adanya fenomena demikian menjadi pertanyaan tersendiri dari umat Islam. Pertanyaan yang menyiratkan, satu sisi, adakah yang salah dengan penafsiran Islam yang diambil untuk justifikasi melakukan tindakan kekerasan? bagaimanakah membangun citra Islam sebagai agama rahmatan li al-`âlamîn, ketika dibenturkan dengan kasus-kasus demikian? dan di sisi lain, adakah yang memang salah dalam perlakuan, penanganan, dan kebijakan terhadap kelompok-kelompok tertentu.
"Meski begitu, karena persoalan-persoalan demikian ada di masyarakat kita, maka mutlak hal itu perlu dicari pemecahannya, dengan mengetahui sebab-sebab, kelemahan-kelemahan apa yang dilakukan selama ini, dan bagaimana masukan-masukan untuk memberi arah yang lebih baik ke depan, di tengah reformasi telah berjalan 10 tahun lebih," tegasnya.
Diskusi yang menghadirkan sejumlah nara sumber seperti Ustadz Sonhadi (Direktur JAT Media Center/Jubir JAT), Prof Dr. H. Apip Muhammad, MA. (Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung), H. Ahmad Yani (Sekretaris Umum MUI Kabupaten Cianjur) dan H.Chep Hernawan (Pimpinan Umum Garis) itu berlangsung secara atraktif.
Menurut Iman, kegiatan diskusi tersebut bertujuan untuk menggali informasi tentang kegelisahan umat (tokoh) Islam Indonesia terhadap berbagai persoalan sosial keagamaan yang terjadi. Selain itu juga untuk memetakan respon serta sikap keagamaan umat (tokoh) Islam terhadap problem sosial keagamaan yang muncul di Cianjur.
"Diskusi ini juga bertujuan untuk merumuskan formulasi gerakan serta komitmen bersama menghadapi maraknya kekerasan bernuansa agama. Memperkaya basis data bagi pemangku kepentingan sebagai dasar pijak dalam merumuskan solusi melalui program-program kerja yang sistematik, terencana terukur, dan teramati," jelasnya (KC-02)**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.