ilustrasi |
CIANJUR, (KC).- Seorang penjual nasi goreng, Dedi Ahmad Saepudin, (27) warga Kampung Balakang, RT01/RW 02, Desa Sindanglaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, bernasib malang. Betapa tidak saat tengah menunggu teman di jalan Balakang Cipanas, tiba-tiba dia disergap oleh oknum kepolisian dari Polda Jabar, Jum'at (28/9) malam. Diduga dia menjadi korban salah sasaran tindakan oknum aparat kepolisaian. Akibatnya korban mmengalami luka dibagian wajah akibat dipukul dengan menggunakan pistol. Tidak hanya itu sekujur tubuhnya juga menderita luka-luka.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, peristiwa naas yang menimpa Dedi Ahmad Saepudin bermula saat korban baru saja menjemput istrinya sekitar pukul 22.00 WIB. Korban kemudian kembali keperempatan Jalan Belakang untuk menunggu temanya. Namun setelah setengah jam lebih, teman yang ditunggunya tidak kunjung datang, Dedi bermaksud akan pulang kerumah.
Baru saja akan beranjak, tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggil. Setelah diperhatikan ternyata yang memanggil adalah Galih, orang yang hanya dikenalnya sepintas sambil membawa sepeda mootor. Dia manawarinya untuk naik motor, tanpa pikir panjang dengan pertimbangan jarak lumayan jauh jika jalan kaki, korban naik sepeda motor yang dikemudikan Galih.
Hanya saja sebelum sampai rumahnya, tiba-tiba ditengah jalan motor yang ditumpanginya dihalangi dua mobil Avanza berwarna silver yang langsung menghentikan sepeda motor yang ditumpanginya. Beberapa orang langsung turun dari mobil dan menangkap Galih dan dimasukkan kedalam mobil. Sementara korban langsung dihujani pukulan oleh tiga orang perawakan besar yang turun dari mobil avanza.
"Tiga orang yang turun dari mobil itu langsung menghampiri saya, tanpa nanya langsung memukul saya. Karena saya tidak tahu persoalanya, saya melawan dan ketiga orang itu kalah. Tapi rupanya beberapa orang lainya yang ada di dalam mobil langsung turun dan ikut mengeroyok saya. Setelah saya tidak bisa melawan, saya di borgol. Namun, saya langsung bertanya, kenapa saya disiksa tanpa ada kata-kata ?,” kata Dedi, Minggu (30/9/2012).
Dijelaskan Dedi, saat dirinya tidak berdaya itulah, kemudian orang yang mengeraoyoknya mengaku anggota kepolisian dari Polda Jabar. Anggota polisi itu mengaku menangkapnya karena dianggap sebagai bandar narkoba lantaran bersama dengan Galih. "Saat itu saya jelaskan langsung kalau saya tidak tahu apa-apa. Saya bareng naik motor, karena diajak sama dia (Galih). Saya hanya kenal sama dia sepintas saja," jelasnya.
Begitu mendapatkan penjelasan tersebut, oknum polisi yang mengaku dari Polda Jabar tersebut langsung melepaskannya. Mereka meminta maaf dan pergi begitu saja. Sementara Galih yang menjadi target, kabur saat mereka mengeroyoknya. Meski dilepas, Dedi tak urung mengalami luka di wajah akibat pukulan memakai pistol dan luka disekujur tubuhnya. Korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Cimacan untuk divisum et repertum. Hasilnya dilaporkan ke Mapolsek Pacet.
Sementara Helen Budiarti (26) istri Dedi mengaku tidak terima dengan tindakan oknum aparat kepolisian yang telah melakukan penganiayaan terhadap suaminya. Padahal suaminya hanya penjual nasi goreng yang tidak tahu apa-apa. "Saya tidak terima suami saya diperlakukan seperti itu. Kalau memang benar-benar polisi itu meminta maaf, datang baik-baik ke rumah. Tapi, sampai sekarang tidak ada yang datang. Makanya, saya mau kasus ini lanjut terus, sampai ada keadilan,” terangnya.
Pihaknya kini bingung, karena suaminya sakit dia tidak bisa berjualan nasi goreng. Sementara kebutuhan sehari-hari tidak bisa ditunda. "Suami saya kini tidak bisa dagang, karena sakit. Sedangkan anak saya harus dikasih makan," tegasnya (KC-02)**.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, peristiwa naas yang menimpa Dedi Ahmad Saepudin bermula saat korban baru saja menjemput istrinya sekitar pukul 22.00 WIB. Korban kemudian kembali keperempatan Jalan Belakang untuk menunggu temanya. Namun setelah setengah jam lebih, teman yang ditunggunya tidak kunjung datang, Dedi bermaksud akan pulang kerumah.
Baru saja akan beranjak, tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggil. Setelah diperhatikan ternyata yang memanggil adalah Galih, orang yang hanya dikenalnya sepintas sambil membawa sepeda mootor. Dia manawarinya untuk naik motor, tanpa pikir panjang dengan pertimbangan jarak lumayan jauh jika jalan kaki, korban naik sepeda motor yang dikemudikan Galih.
Hanya saja sebelum sampai rumahnya, tiba-tiba ditengah jalan motor yang ditumpanginya dihalangi dua mobil Avanza berwarna silver yang langsung menghentikan sepeda motor yang ditumpanginya. Beberapa orang langsung turun dari mobil dan menangkap Galih dan dimasukkan kedalam mobil. Sementara korban langsung dihujani pukulan oleh tiga orang perawakan besar yang turun dari mobil avanza.
"Tiga orang yang turun dari mobil itu langsung menghampiri saya, tanpa nanya langsung memukul saya. Karena saya tidak tahu persoalanya, saya melawan dan ketiga orang itu kalah. Tapi rupanya beberapa orang lainya yang ada di dalam mobil langsung turun dan ikut mengeroyok saya. Setelah saya tidak bisa melawan, saya di borgol. Namun, saya langsung bertanya, kenapa saya disiksa tanpa ada kata-kata ?,” kata Dedi, Minggu (30/9/2012).
Dijelaskan Dedi, saat dirinya tidak berdaya itulah, kemudian orang yang mengeraoyoknya mengaku anggota kepolisian dari Polda Jabar. Anggota polisi itu mengaku menangkapnya karena dianggap sebagai bandar narkoba lantaran bersama dengan Galih. "Saat itu saya jelaskan langsung kalau saya tidak tahu apa-apa. Saya bareng naik motor, karena diajak sama dia (Galih). Saya hanya kenal sama dia sepintas saja," jelasnya.
Begitu mendapatkan penjelasan tersebut, oknum polisi yang mengaku dari Polda Jabar tersebut langsung melepaskannya. Mereka meminta maaf dan pergi begitu saja. Sementara Galih yang menjadi target, kabur saat mereka mengeroyoknya. Meski dilepas, Dedi tak urung mengalami luka di wajah akibat pukulan memakai pistol dan luka disekujur tubuhnya. Korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Cimacan untuk divisum et repertum. Hasilnya dilaporkan ke Mapolsek Pacet.
Sementara Helen Budiarti (26) istri Dedi mengaku tidak terima dengan tindakan oknum aparat kepolisian yang telah melakukan penganiayaan terhadap suaminya. Padahal suaminya hanya penjual nasi goreng yang tidak tahu apa-apa. "Saya tidak terima suami saya diperlakukan seperti itu. Kalau memang benar-benar polisi itu meminta maaf, datang baik-baik ke rumah. Tapi, sampai sekarang tidak ada yang datang. Makanya, saya mau kasus ini lanjut terus, sampai ada keadilan,” terangnya.
Pihaknya kini bingung, karena suaminya sakit dia tidak bisa berjualan nasi goreng. Sementara kebutuhan sehari-hari tidak bisa ditunda. "Suami saya kini tidak bisa dagang, karena sakit. Sedangkan anak saya harus dikasih makan," tegasnya (KC-02)**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.