DUKA MENDALAM dirasakan oleh Ajat Sudrajat (26) warga Kampung Bojongsalak, Desa Sukamulih, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor. Betapa tidak istri yang dinikahinya dua bulan lalu meninggal dalam kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Raya Ciloto tepatnya ditikungan Mislar, Kampung Jemprak RT 06/RW 03, Desa Ciloto, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur, Rabu (27/2/2013).
Siti Badriyatun (20) merupakan satu dari 16 korban yang meninggal akibat bus pariwisata Mustika Mega Utama Nopol F 7263 K yang mengangkut rombongan pejiarah menabrak tebing berbatu. "Kejadiannya begitu cepat, saat bus melaju dengan kencang, tiba-tiba oleng dan menabrak tebing dengan sangat keras. Saya dan istri saya terpental dan tidak sadarkan diri. Saya tersadar setelah berada di rumah sakit, tapi istri saya meninggal," kata Ajat saat ditemui diruang jenazah Rumah Sakit Umum Cimacan, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur.
Sebelum berangkat ikut rombongan pejiarah yang sedianya akan mengunjungi makam dalem Cikundul di wilayah Kec. Cikalongkulon, Kab. Cianjur, dia mengaku sempat mendapatkan pertanda yang kurang baik. Saat mau berangkat tiba-tiba kunci sepeda motornya mendadak hilang. Anehnya lagi, istrinya itu tetap bersikeras ingin berangkat ikut berjiarah.
"Saya tadinya tidak mau ikut, apalagi mendadak kunci motor saya hilang. Tapi istri saya memaksa ingin ikut, akhirnya saya mengalah dan ikut kemauan istri," tegasnya.
Perasaan aneh lainya dialami Ajat, selama dalam perjalanan menuju arah Cianjur, istrinya tidak mau lepas dan jauh darinya. "Istri saya memegangi saya terus, tidak mau lepas. Sampai saya malu sama pejiarah lainya. Mungkin itu pertanda kalau ternyata dia mau meninggalkan saya untuk selama-lamanya," kata Ajat yang hanya menderita luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.
Tidak jauh berbeda juga dialami oleh Moch Dede Sufian Sidik (34) salah satu korban luka dalam peristiwa kecelakaan maut tersebut. Bapak dua anak ini mengaku sebelum beangkat ikut berjiarah anak pertamanya sudah melarangnya. Tidak seperti biasanya anak pertamanya itu tidak mau diajak jiarah bahkan malah merangnya pergi.
"Tadinya saya kira dia itu ogok saja, akhirnya saya paksa berangkat. Saya akhirnya berangkat bersama anak istri dan nenek saya. Sepanjang perjalanan saya sudah tidak enak hati, sambil terus baca sholawat saja. Ternyata mungkin itu pertanda akan terjadi kecelakaan," kata Dede yang mengaku anak dan istrinya selamat hanya neneknya yang bernama Mak Ani (64) meninggal.
Dia bersyukur, anak dan istrinya selamat dan hanya menderita luka lecet dibeberapa bagian tubuh akibat terbentur. "Saya bersyukur karena masih dilindungi oleh Allah SWT. Mudah-mudahan musibah ini ada hikmahnya. Saya harus mengikhlaskan kepergian nenek saya, mungkin takdirnya harus begitu," paparnya (KC-02)**.
Siti Badriyatun (20) merupakan satu dari 16 korban yang meninggal akibat bus pariwisata Mustika Mega Utama Nopol F 7263 K yang mengangkut rombongan pejiarah menabrak tebing berbatu. "Kejadiannya begitu cepat, saat bus melaju dengan kencang, tiba-tiba oleng dan menabrak tebing dengan sangat keras. Saya dan istri saya terpental dan tidak sadarkan diri. Saya tersadar setelah berada di rumah sakit, tapi istri saya meninggal," kata Ajat saat ditemui diruang jenazah Rumah Sakit Umum Cimacan, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur.
Sebelum berangkat ikut rombongan pejiarah yang sedianya akan mengunjungi makam dalem Cikundul di wilayah Kec. Cikalongkulon, Kab. Cianjur, dia mengaku sempat mendapatkan pertanda yang kurang baik. Saat mau berangkat tiba-tiba kunci sepeda motornya mendadak hilang. Anehnya lagi, istrinya itu tetap bersikeras ingin berangkat ikut berjiarah.
"Saya tadinya tidak mau ikut, apalagi mendadak kunci motor saya hilang. Tapi istri saya memaksa ingin ikut, akhirnya saya mengalah dan ikut kemauan istri," tegasnya.
Perasaan aneh lainya dialami Ajat, selama dalam perjalanan menuju arah Cianjur, istrinya tidak mau lepas dan jauh darinya. "Istri saya memegangi saya terus, tidak mau lepas. Sampai saya malu sama pejiarah lainya. Mungkin itu pertanda kalau ternyata dia mau meninggalkan saya untuk selama-lamanya," kata Ajat yang hanya menderita luka lecet dibeberapa bagian tubuhnya.
Tidak jauh berbeda juga dialami oleh Moch Dede Sufian Sidik (34) salah satu korban luka dalam peristiwa kecelakaan maut tersebut. Bapak dua anak ini mengaku sebelum beangkat ikut berjiarah anak pertamanya sudah melarangnya. Tidak seperti biasanya anak pertamanya itu tidak mau diajak jiarah bahkan malah merangnya pergi.
"Tadinya saya kira dia itu ogok saja, akhirnya saya paksa berangkat. Saya akhirnya berangkat bersama anak istri dan nenek saya. Sepanjang perjalanan saya sudah tidak enak hati, sambil terus baca sholawat saja. Ternyata mungkin itu pertanda akan terjadi kecelakaan," kata Dede yang mengaku anak dan istrinya selamat hanya neneknya yang bernama Mak Ani (64) meninggal.
Dia bersyukur, anak dan istrinya selamat dan hanya menderita luka lecet dibeberapa bagian tubuh akibat terbentur. "Saya bersyukur karena masih dilindungi oleh Allah SWT. Mudah-mudahan musibah ini ada hikmahnya. Saya harus mengikhlaskan kepergian nenek saya, mungkin takdirnya harus begitu," paparnya (KC-02)**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.