CIANJUR, (KC).- Akibat ruangan penuh, puluhan pasien Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cianjur, terpaksa dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) hanya dengan menggunakan alas tikar. Hal itsebagai bukti bahwa
fasilitas di ruang IGD masih sangat minim.
Berdasarkan pantauan, para pasien yang tertahan di ruang IGD terpaksa menggelar tikar untuk menjalani penanganan medis. Minimnya fasilitas terpaksa para pasien tersebut membawa tikar dari rumah. Tentu saja kondisi tersebut dikeluhkan oleh para pasien yang ingin berobat.
Seperti yang diungkapkan Dedi, (55), seorang keluarga pasien asal Ciranjang. Dia mengaku, datang ke RSUD Cianjur membawa orang tuanya yang tengah sakit untuk menjalani pengobatan. Namun, kenyatanya jauh dengan harapan."Saya tadinya membawa ayah saya untuk berobat ke RSUD Cianjur ingin mendapatkan pelayanan yang layak, tapi kenyataanya sebaliknya. Kami malah terlantar," kata Dedi di ruang IGD RSUD Cianjur, Kamis (21/3/2013).
Dedi mengaku, tidak menyangka kalau ayahnya Ruswanda (87), warga Kampung Kademangan, Desa Mande, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, yang mengalami sakit struk tersebut harus menggunakan tikar. Sebab dia hanya diberitahu oleh pihak rumah sakit kalau ruangan perawatan penuh.
"Informasinya ruangan penuh, makanya dirawat di IGD. Tapi sayangnya dengan menggelar tikar, itupun bawa sendiri. Jadinya selain harus membawa persyaratan seperti Jamkesmas, Jampersal, Askes dan SKTM, juga harus membawa tikar agar bisa mendapatkan tempat perawatan,” katanya.
Pihaknya berharap, orangtuanya tersebut agar segera bisa dipindahkan ke ruagan. Karena, jika lama berada di IGD dikawatirkan akan menambah penyakit. "Jelas kawatir kalau terus di IGD, karena berbagai penyakit ada. Makanya saya minta ke pihak rumah sakit agar memindahkan ayah saya keruangan perawatan," katanya.
Sementara itu, Kepala Ruangan IGD RSUD Cianjur, Sonson Buchori, membenarkan jika pasien di ruangan IGD membludak. Karena, hal tersebut sejumlah ruang perawatan sudah terisi penuh, sehingga, pasien yang masuk terpaksa tertahan di IGD untuk mendapatkan penanganan medis.
"Memang jumlah pasienya membludak, tidak seperti biasanya. Akibatnya sejumlah ruangan yang ada penuh. Terutama ruangan kelas 3 dan anak. Padahal biasanya kalau membludak itu setiap hari Senin-Kamis, tapi saat ini setiap hari," katanya.
Pihaknya membantah, jika pasien yang masuk dianjurkan untuk membawa tikar. Namun, hal itu secara kebetulan, pasien yang membawa tikar. “Pasien itu datang sudah membawa tikar. Karena kebetuan disini (IGD) penuh, mereka inisiatif menggelar tikar yang dibawanya sendiri tanpa ada intruksi apalagi perintah dari rumah sakit," jelasnya.
Menurut Sonson, idialnya pasien yang ada di IGD itu tidak lebih dari 20-30 pasien. Tapi saat ini setidaknya ada sekitar 50-60 pasien. "Kita tidak menampik sudah terjadi over kapasitas. Karena hampir dua kali lipat ruangan telah di isi oleh pasien,” katanya (KC-02)**.
Berdasarkan pantauan, para pasien yang tertahan di ruang IGD terpaksa menggelar tikar untuk menjalani penanganan medis. Minimnya fasilitas terpaksa para pasien tersebut membawa tikar dari rumah. Tentu saja kondisi tersebut dikeluhkan oleh para pasien yang ingin berobat.
Seperti yang diungkapkan Dedi, (55), seorang keluarga pasien asal Ciranjang. Dia mengaku, datang ke RSUD Cianjur membawa orang tuanya yang tengah sakit untuk menjalani pengobatan. Namun, kenyatanya jauh dengan harapan."Saya tadinya membawa ayah saya untuk berobat ke RSUD Cianjur ingin mendapatkan pelayanan yang layak, tapi kenyataanya sebaliknya. Kami malah terlantar," kata Dedi di ruang IGD RSUD Cianjur, Kamis (21/3/2013).
Dedi mengaku, tidak menyangka kalau ayahnya Ruswanda (87), warga Kampung Kademangan, Desa Mande, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, yang mengalami sakit struk tersebut harus menggunakan tikar. Sebab dia hanya diberitahu oleh pihak rumah sakit kalau ruangan perawatan penuh.
"Informasinya ruangan penuh, makanya dirawat di IGD. Tapi sayangnya dengan menggelar tikar, itupun bawa sendiri. Jadinya selain harus membawa persyaratan seperti Jamkesmas, Jampersal, Askes dan SKTM, juga harus membawa tikar agar bisa mendapatkan tempat perawatan,” katanya.
Pihaknya berharap, orangtuanya tersebut agar segera bisa dipindahkan ke ruagan. Karena, jika lama berada di IGD dikawatirkan akan menambah penyakit. "Jelas kawatir kalau terus di IGD, karena berbagai penyakit ada. Makanya saya minta ke pihak rumah sakit agar memindahkan ayah saya keruangan perawatan," katanya.
Sementara itu, Kepala Ruangan IGD RSUD Cianjur, Sonson Buchori, membenarkan jika pasien di ruangan IGD membludak. Karena, hal tersebut sejumlah ruang perawatan sudah terisi penuh, sehingga, pasien yang masuk terpaksa tertahan di IGD untuk mendapatkan penanganan medis.
"Memang jumlah pasienya membludak, tidak seperti biasanya. Akibatnya sejumlah ruangan yang ada penuh. Terutama ruangan kelas 3 dan anak. Padahal biasanya kalau membludak itu setiap hari Senin-Kamis, tapi saat ini setiap hari," katanya.
Pihaknya membantah, jika pasien yang masuk dianjurkan untuk membawa tikar. Namun, hal itu secara kebetulan, pasien yang membawa tikar. “Pasien itu datang sudah membawa tikar. Karena kebetuan disini (IGD) penuh, mereka inisiatif menggelar tikar yang dibawanya sendiri tanpa ada intruksi apalagi perintah dari rumah sakit," jelasnya.
Menurut Sonson, idialnya pasien yang ada di IGD itu tidak lebih dari 20-30 pasien. Tapi saat ini setidaknya ada sekitar 50-60 pasien. "Kita tidak menampik sudah terjadi over kapasitas. Karena hampir dua kali lipat ruangan telah di isi oleh pasien,” katanya (KC-02)**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.