imigran/dok |
CIANJUR, [KC].- Korban tewas tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran di pantai Agrabinta menjadi 21 orang setelah tim gabungan pada Sabtu (27/9) kembali berhasil menemukan para korban. Sementara korban selamat yang berhasil dievakuasi sebanyak 28 orang. Dengan demikian seluruh korban kapal tenggelam yang berhasil dievakuasi menjadi 49 orang.
Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti mengatakan, pada pencarian hari kedua pasca tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran, tim gabungan dari Kepolisian, TNI, BPBD dan unsur terkait menyisir sekitar pantai Agrabinta yang dimungkinkan para korban terbawa arus.
"Kita berhasil menemukan para korban, ada yang selamat ada juga yang sudah dalam kondisi meninggal dunia. Yang selamat langsung mendapat penanganan medis. Seluruh korban yang berhasil dievakuasi menjadi 49 orang, 28 orang selamat dan 21 orang meninggal dunia," kata Dedy saat dihubungi, Sabtu (28/9).
Para korban yang selamat mendapatkan penanganan medis dari Puskesmas Agrabinta. Sedangkan korban yang meninggal langsung dikirim ke RS Polri di Kramat Jati Jakarta. "Korban yang selamat setelah mendapatkan penanganan medis, kita serahkan ke petugas imigrasi Sukabumi. Karena ini menyangkut warga negara asing, pihak imigrasi yang memiliki kewenangan," katanya.
Sementara itu disaat para petugas gabungan tengah melakukan proses evakuasi tersiar kabar adanya cukong yang memberangkatkan para imigran tersebut terlihat disekitar pesisir Agrabinta. Cukong tersebut kabur kearah hutan Perum Perhutani Agrabinta. Beberapa warga berupaya melakukan pencarian.
"Iya tadi sempat tersiar kabar seperti itu, makanya warga dan aparat berupaya mengejar. Tapi benar atau tidaknya belum bisa dipastikan, karena kondisinya sudah gelap," kata Muchtar (33) seorang warga yang turut membantu evakuasi para korban kapal tenggelam.
Saat dikonfirmasikan kepada Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti, pihaknya juga belum bisa memastikan tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran itu ada keterlibatan warga yang berperan sebagai cukong. "Intinya informasi sekecil apapun terkait masalah orang asing ini kami selalu menindak lanjutinya," katanya.
Proses evakuasi terhadap para korban tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran itu sedikit menemui kendala. Tingginya gelombang laut diperairan Agrabinta membuat tim gabungan kesulitan untuk mencari para korban. Bahkan mobil patroli milik Polsek Agrabinta sempat terserat gelombang.
"Gelombangnya memang cukup tinggi, makanya kita memperhitungkan itu. Kita tidak ingin niat kita ingin menolong para korban yang tenggelam, kita malah menjadi korban. Mobil Polsek saja sampai terseret gelombang dan harus didorong beramai-ramai," kata Dedy.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Asep A Suhara mengakui, tingginya gelombang pasang di peraira Agrabinta menjadi kendala untuk melakukan proses evakuasi terhadap para korban imigran yang tenggelam. Gelombang pasang membuat tim evakuasi terpaksa menghentikan upaya pencarian.
"Sekitar pukul 13.00 WIB pencarian dihentikan sementara waktu karena gelombangnya tinggi. Dijadwalkan proses evakuasi akan dilakukan pada keesokan harinya jika cuaca atau gelombang laut lebih bersahabat," tegas Asep.
Untuk membantu proses evakuasi, selain menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) yang beranggotakan sekitar 12 personel, pihak BPBD Cianjur juga menyiapkan beberapa perlengkapan seperti kantong mayat. "Kami sifatnya hanya membantu saja, pihak kepolisian yang mempunyai kewenangan sampai kapan proses evakuasi ini akan dilakukan. Apalagi dalam proses evakuasi ini juga melibatkan Basarnas," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Sebanyak 20 orang imigran gelap tewas dan 25 orang lainnya selamat, akibat kapal tongkang yang akan membawa mereka ke Pulau Chrismas, Australia tenggelam di perairan Tegalbuleud, Kab. Sukabumi, Jumat (27/9). Sebagian korban yang diduga berasal dari Timur Tengah ini, terbawa arus hingga sampai di wilayah perairan Agrabinta, Kab. Cianjur.
Masyarakat di pesisir Pantai Agrabinta di Kampung Pasircikalapa, Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur dikejutkan oleh banyaknya warga asing berwajah Timur Tengah yang terdampar di pesisir pantai. Diduga kuat, mereka adalah imigran yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Tegalbuleud, Kab. Sukabumi.
"Beberapa dari mereka ada yang mengaku dari Lebanon, Yaman, dan Pakistan. Kami belum bisa meminta keterangan lebih lanjut karena kami juga sedang mencari orang atau warga yang bisa berbahasa Arab untuk berkomunikasi," katanya.
Keterangan yang berhasil dihimpun, informasi tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran gelap tersebut, diketahui pada Jumat siang sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu dari tengah laut terlihat beberapa orang mengapung dan terbawa arus hingga ke bibir pantai. Ada di antara korban yang berupaya menyelamatkan diri dengan berenang.
"Kemungkinan mereka terbawa arus setelah kapal mereka tenggelam di perairan Tegalbuleud. Beberapa dari mereka yang selamat karena mampu berenang hingga ke tepian Pantai Sirnalaut," ujar Camat Agrabinta, Rus Ruskandar kepada wartawan [KC-02]**.
Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti mengatakan, pada pencarian hari kedua pasca tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran, tim gabungan dari Kepolisian, TNI, BPBD dan unsur terkait menyisir sekitar pantai Agrabinta yang dimungkinkan para korban terbawa arus.
"Kita berhasil menemukan para korban, ada yang selamat ada juga yang sudah dalam kondisi meninggal dunia. Yang selamat langsung mendapat penanganan medis. Seluruh korban yang berhasil dievakuasi menjadi 49 orang, 28 orang selamat dan 21 orang meninggal dunia," kata Dedy saat dihubungi, Sabtu (28/9).
Para korban yang selamat mendapatkan penanganan medis dari Puskesmas Agrabinta. Sedangkan korban yang meninggal langsung dikirim ke RS Polri di Kramat Jati Jakarta. "Korban yang selamat setelah mendapatkan penanganan medis, kita serahkan ke petugas imigrasi Sukabumi. Karena ini menyangkut warga negara asing, pihak imigrasi yang memiliki kewenangan," katanya.
Sementara itu disaat para petugas gabungan tengah melakukan proses evakuasi tersiar kabar adanya cukong yang memberangkatkan para imigran tersebut terlihat disekitar pesisir Agrabinta. Cukong tersebut kabur kearah hutan Perum Perhutani Agrabinta. Beberapa warga berupaya melakukan pencarian.
"Iya tadi sempat tersiar kabar seperti itu, makanya warga dan aparat berupaya mengejar. Tapi benar atau tidaknya belum bisa dipastikan, karena kondisinya sudah gelap," kata Muchtar (33) seorang warga yang turut membantu evakuasi para korban kapal tenggelam.
Saat dikonfirmasikan kepada Kapolres Cianjur AKBP Dedy Kusuma Bakti, pihaknya juga belum bisa memastikan tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran itu ada keterlibatan warga yang berperan sebagai cukong. "Intinya informasi sekecil apapun terkait masalah orang asing ini kami selalu menindak lanjutinya," katanya.
Proses evakuasi terhadap para korban tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran itu sedikit menemui kendala. Tingginya gelombang laut diperairan Agrabinta membuat tim gabungan kesulitan untuk mencari para korban. Bahkan mobil patroli milik Polsek Agrabinta sempat terserat gelombang.
"Gelombangnya memang cukup tinggi, makanya kita memperhitungkan itu. Kita tidak ingin niat kita ingin menolong para korban yang tenggelam, kita malah menjadi korban. Mobil Polsek saja sampai terseret gelombang dan harus didorong beramai-ramai," kata Dedy.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Asep A Suhara mengakui, tingginya gelombang pasang di peraira Agrabinta menjadi kendala untuk melakukan proses evakuasi terhadap para korban imigran yang tenggelam. Gelombang pasang membuat tim evakuasi terpaksa menghentikan upaya pencarian.
"Sekitar pukul 13.00 WIB pencarian dihentikan sementara waktu karena gelombangnya tinggi. Dijadwalkan proses evakuasi akan dilakukan pada keesokan harinya jika cuaca atau gelombang laut lebih bersahabat," tegas Asep.
Untuk membantu proses evakuasi, selain menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) yang beranggotakan sekitar 12 personel, pihak BPBD Cianjur juga menyiapkan beberapa perlengkapan seperti kantong mayat. "Kami sifatnya hanya membantu saja, pihak kepolisian yang mempunyai kewenangan sampai kapan proses evakuasi ini akan dilakukan. Apalagi dalam proses evakuasi ini juga melibatkan Basarnas," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Sebanyak 20 orang imigran gelap tewas dan 25 orang lainnya selamat, akibat kapal tongkang yang akan membawa mereka ke Pulau Chrismas, Australia tenggelam di perairan Tegalbuleud, Kab. Sukabumi, Jumat (27/9). Sebagian korban yang diduga berasal dari Timur Tengah ini, terbawa arus hingga sampai di wilayah perairan Agrabinta, Kab. Cianjur.
Masyarakat di pesisir Pantai Agrabinta di Kampung Pasircikalapa, Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur dikejutkan oleh banyaknya warga asing berwajah Timur Tengah yang terdampar di pesisir pantai. Diduga kuat, mereka adalah imigran yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Tegalbuleud, Kab. Sukabumi.
"Beberapa dari mereka ada yang mengaku dari Lebanon, Yaman, dan Pakistan. Kami belum bisa meminta keterangan lebih lanjut karena kami juga sedang mencari orang atau warga yang bisa berbahasa Arab untuk berkomunikasi," katanya.
Keterangan yang berhasil dihimpun, informasi tenggelamnya kapal yang mengangkut para imigran gelap tersebut, diketahui pada Jumat siang sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu dari tengah laut terlihat beberapa orang mengapung dan terbawa arus hingga ke bibir pantai. Ada di antara korban yang berupaya menyelamatkan diri dengan berenang.
"Kemungkinan mereka terbawa arus setelah kapal mereka tenggelam di perairan Tegalbuleud. Beberapa dari mereka yang selamat karena mampu berenang hingga ke tepian Pantai Sirnalaut," ujar Camat Agrabinta, Rus Ruskandar kepada wartawan [KC-02]**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.