CIANJUR, [KC].- Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Cianjur
mempertanyakan keseriusan Pemkab Cianjur dalam mendorong produktifitas
petani kedelai. Pasalnya hingga saat ini kedelai yang digunakan oleh
seluruh anggota Kopti masih kedelai impor bukan kedelai lokal.
"Mau menggunakan kedelai lokal bagaimana, barangnya saja tidak ada. Bulan karena kualitasnya, kata siapa kualitas lokal jelek dibandingkan kedelai impor. Kami tidak menggunakan kedelai lokal karena barangnya tidak ada," kata Sekretaris Kopti Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya, saat ditemui seusai menggelar rapat anggota tahunan (RAT) Kopti ke-33, Rabu (29/1).
Dikatakan Hugo, jika melihat data yang dilansir Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur bahwa luas areal lahan yang bisa ditanami kedelai di Kab. Cianjur mencapai 28 ribu hektar. Jumlah tersebut sangat mencukupi kebutuhan di Cianjur jika direalisasikan untuk ditanami kedelai.
"Kalau satu hektar saja menghasilkan 1 ton kedelai saja, berarti ada sekitar 28 ribu ton kedelai setiap panen atau sekitar 100 hari. Jangan 28 ribu hektar, 7 ribu hektar saja sudah mencukupi, karena kebutuhan kedelai di Cianjur itu hanya sekitar 400 ton setiap bulannya. Pertanyaanya kenapa itu tidak bisa dipenuhi?. Kalu itu diwujudkan Cianjur tidak perlu menggunakan kedelai impor dan akan terjadi swasembada kedelai," katanya.
Menurutnya, kebutuhan kedelai di Cianjur sebesar 400 ton per bulan atau 4800 ton per tahun itu bisa diwujudkan jika pemerintah serius membudidayakan petani untuk menanam kedelai. Berdasarkan perkiraan Dinas Pertanian, dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan sebanyak 1,8 ton kedelai.
"Sebenarnya Kabupaten Cianjur juga bisa menyuplai kedelai ke daerah lain jika menyukseskan penanaman kedelai dengan mengoptimalkan luas lahan yang ada. Tapi sekali lagi pada kenyataannya hingga kini kami masih menggunakan kedelai impor yang kami jual Rp 8.525 per kilo. Sedangkan kedelai lokal masih dibawahnya," ujar Hugo.
Keberadaan kedelai lokal juga sangat diharapkan oleh pemerintah. Badan urusan logistik (Bulog) siap menampung kedelai dari Kabupaten Cianjur sebanyak mungkin jika memang ada hasilnya. Apalagi Bulog akan membeli kedelai dari petani lokal sebesar Rp7.000 per kilogram sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor: 37/M-DAG/PER/7/2013 tentang penetapan harga pembelian kedelai petani.
Pihaknya juga mempertanyakan bantuan dari pemerintah yang diterima Kab. Cianjur untuk penanaman kedelai seluas 4 ribu hektar pada tahun 2013 lalu. "Itu bantuan realisasinya kemana, sampai saat ini kami masih kesulitan untuk mencari kedelai lokal. Kami minta pada 2014 ini pemerintah Kabupaten Cianjur bisa lebih serius lagi baik membina petaninya agar menanam kedelai maupun melakukan pemetaan daerah yang suka menanam kedelai," ujar Hugo [KC-02]***.
"Mau menggunakan kedelai lokal bagaimana, barangnya saja tidak ada. Bulan karena kualitasnya, kata siapa kualitas lokal jelek dibandingkan kedelai impor. Kami tidak menggunakan kedelai lokal karena barangnya tidak ada," kata Sekretaris Kopti Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya, saat ditemui seusai menggelar rapat anggota tahunan (RAT) Kopti ke-33, Rabu (29/1).
Dikatakan Hugo, jika melihat data yang dilansir Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur bahwa luas areal lahan yang bisa ditanami kedelai di Kab. Cianjur mencapai 28 ribu hektar. Jumlah tersebut sangat mencukupi kebutuhan di Cianjur jika direalisasikan untuk ditanami kedelai.
"Kalau satu hektar saja menghasilkan 1 ton kedelai saja, berarti ada sekitar 28 ribu ton kedelai setiap panen atau sekitar 100 hari. Jangan 28 ribu hektar, 7 ribu hektar saja sudah mencukupi, karena kebutuhan kedelai di Cianjur itu hanya sekitar 400 ton setiap bulannya. Pertanyaanya kenapa itu tidak bisa dipenuhi?. Kalu itu diwujudkan Cianjur tidak perlu menggunakan kedelai impor dan akan terjadi swasembada kedelai," katanya.
Menurutnya, kebutuhan kedelai di Cianjur sebesar 400 ton per bulan atau 4800 ton per tahun itu bisa diwujudkan jika pemerintah serius membudidayakan petani untuk menanam kedelai. Berdasarkan perkiraan Dinas Pertanian, dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan sebanyak 1,8 ton kedelai.
"Sebenarnya Kabupaten Cianjur juga bisa menyuplai kedelai ke daerah lain jika menyukseskan penanaman kedelai dengan mengoptimalkan luas lahan yang ada. Tapi sekali lagi pada kenyataannya hingga kini kami masih menggunakan kedelai impor yang kami jual Rp 8.525 per kilo. Sedangkan kedelai lokal masih dibawahnya," ujar Hugo.
Keberadaan kedelai lokal juga sangat diharapkan oleh pemerintah. Badan urusan logistik (Bulog) siap menampung kedelai dari Kabupaten Cianjur sebanyak mungkin jika memang ada hasilnya. Apalagi Bulog akan membeli kedelai dari petani lokal sebesar Rp7.000 per kilogram sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor: 37/M-DAG/PER/7/2013 tentang penetapan harga pembelian kedelai petani.
Pihaknya juga mempertanyakan bantuan dari pemerintah yang diterima Kab. Cianjur untuk penanaman kedelai seluas 4 ribu hektar pada tahun 2013 lalu. "Itu bantuan realisasinya kemana, sampai saat ini kami masih kesulitan untuk mencari kedelai lokal. Kami minta pada 2014 ini pemerintah Kabupaten Cianjur bisa lebih serius lagi baik membina petaninya agar menanam kedelai maupun melakukan pemetaan daerah yang suka menanam kedelai," ujar Hugo [KC-02]***.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.