CIANJUR, [KC].- Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan segmen populasi yang sangat besar mencapai sekitar 56,5 juta atau 99,9 persen dari tottal pelaku usaha di Indonesia. UKM memberikan sumbangan nyata dalam perekonomian nasional kontribusi terhadap PDB sebesar 57,94 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar 97,16 persen.
Demikian ditegaskan Asisten Deputi Urusan Produktivitas dan Mutu Kementerian Koperasi dan UKM RI, Nur Ediningsih pada sebuah kegiatan di Cianjur, Minggu (27/4). Untuk itulah kata Nur, setiap upaya peningkatan produktivitas daya saing UKM akan berdampak langsung kepada masyarakat luas dan pertumbuhan ekonomi.
"Dalam rangka itulah Kementerian Koperasi dan UKM telah mengembangkan program strategis yakni penerapan tekhnologi tepat guna (TTG) dalam rangka peningkatan produktivitas dan mutu bagi Koperasi dan UKM yang mudah diaplikasikan berbasis potensi lokal," kata Nur.
Dikatakan Nur, salah satu masalah yang dihadapi pelaku usaha khususnya Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil saat ini adalah meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Diberbagai wilayah banyak UMK yang kesulitan mendapatkan sumber energi akibat kelangkaan stok BBM.
"Krisis energi saat ini telah meluas dan menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi tidak hanya bagi bangsa jita tapi juga bangsa-bangsa lain didunia," katanya.
Krisis energi kata Nur, juga dipicu oleh semakin menipisnya sumber energi fosil yang berupa minyak bumi, gas alam dan batu bara dibumi. Kelangkaan dan krisis sumber energi fosil yang sangat dibutuhkan manusia yang harus dipenuhi akan berakibat fatal jika dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penanggulangan.
"Salah satu solusi tepat ditengah masalah krisis energi adalah bahan bakar nabati (BBN). Bioetanol dan Biogas yang akhir-akhir ini ditemukan, telah membuka peluang dan harapan bagi bangsa untuk segera bangkit dari masalah krisi energi," tegasnya.
Dikatakan Nur, untuk menjawab kelangkaan dan ketergantungan terhdap minyak tanah, gas elpiji dan kayu bakar, solusinya adalah mengembangkan energi alternatif dari pengolahan limbah organik, termasuk limbah tahu tempe yang diolah dengan tekhnologi biogas digester yang dapat menciptakan untuk berbagai keperluan memasak.
"Saat ini Kementerian Koperasi tengah mendorong pemanfaatan biogas karena banyak manfaatnya bagi para pelaku UKM. Biogas juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat menunjang ketahanan ekonomi masyarakat dan menjadi unit usaha baru," tegasnya.
Banyaknya manfaat biogas juga dibenarkan oleh peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Sri Wahyuni. Selain ramah lingkungan ketersediaan bahan baku juga mudah didapat. Sehingga bisa dengan mudah dikembangkan untuk dimanfaatkan.
"Kendalanya hanya investasi pertama saja yang mahal. Tapi kalau dilakukan bersama-sama bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Terutama bagi masyarakat pelaku UKM yang membutuhkan bahan bakar banyak, dengan biogas akan jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan gas elpiji," kata Sri [KC-02]***.
Demikian ditegaskan Asisten Deputi Urusan Produktivitas dan Mutu Kementerian Koperasi dan UKM RI, Nur Ediningsih pada sebuah kegiatan di Cianjur, Minggu (27/4). Untuk itulah kata Nur, setiap upaya peningkatan produktivitas daya saing UKM akan berdampak langsung kepada masyarakat luas dan pertumbuhan ekonomi.
"Dalam rangka itulah Kementerian Koperasi dan UKM telah mengembangkan program strategis yakni penerapan tekhnologi tepat guna (TTG) dalam rangka peningkatan produktivitas dan mutu bagi Koperasi dan UKM yang mudah diaplikasikan berbasis potensi lokal," kata Nur.
Dikatakan Nur, salah satu masalah yang dihadapi pelaku usaha khususnya Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil saat ini adalah meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Diberbagai wilayah banyak UMK yang kesulitan mendapatkan sumber energi akibat kelangkaan stok BBM.
"Krisis energi saat ini telah meluas dan menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi tidak hanya bagi bangsa jita tapi juga bangsa-bangsa lain didunia," katanya.
Krisis energi kata Nur, juga dipicu oleh semakin menipisnya sumber energi fosil yang berupa minyak bumi, gas alam dan batu bara dibumi. Kelangkaan dan krisis sumber energi fosil yang sangat dibutuhkan manusia yang harus dipenuhi akan berakibat fatal jika dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penanggulangan.
"Salah satu solusi tepat ditengah masalah krisis energi adalah bahan bakar nabati (BBN). Bioetanol dan Biogas yang akhir-akhir ini ditemukan, telah membuka peluang dan harapan bagi bangsa untuk segera bangkit dari masalah krisi energi," tegasnya.
Dikatakan Nur, untuk menjawab kelangkaan dan ketergantungan terhdap minyak tanah, gas elpiji dan kayu bakar, solusinya adalah mengembangkan energi alternatif dari pengolahan limbah organik, termasuk limbah tahu tempe yang diolah dengan tekhnologi biogas digester yang dapat menciptakan untuk berbagai keperluan memasak.
"Saat ini Kementerian Koperasi tengah mendorong pemanfaatan biogas karena banyak manfaatnya bagi para pelaku UKM. Biogas juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat menunjang ketahanan ekonomi masyarakat dan menjadi unit usaha baru," tegasnya.
Banyaknya manfaat biogas juga dibenarkan oleh peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Sri Wahyuni. Selain ramah lingkungan ketersediaan bahan baku juga mudah didapat. Sehingga bisa dengan mudah dikembangkan untuk dimanfaatkan.
"Kendalanya hanya investasi pertama saja yang mahal. Tapi kalau dilakukan bersama-sama bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Terutama bagi masyarakat pelaku UKM yang membutuhkan bahan bakar banyak, dengan biogas akan jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan gas elpiji," kata Sri [KC-02]***.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.