CIANJUR, [KC].- Iklim investasi di kawasan wisata Cipanas akan gulung tikar jika Pemkab Cianjur tidak peduli terhadap kondisi kemacetan yang terjadi disepenjang akses jalan menuju Cipanas. Kalau terus dibiarkan tidak ada upaya penanganan, maka bisa dipastikan pengunjung akan meninggalkan kawasan yang dijuluki kota dolar itu.
Hal itu sangat terbalik jika melihat fakta bahwa kawasan Cipanas merupakan penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari beberapa sektor. Sudah sepantasnya kalau Pemkab Cianjur memberikan perhatian lebih, bukan malah sebaliknya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Satyawan Hambari mengatakan, salah satu ancaman yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan para pelaku usaha di kawasan wisata Cipanas gulung tukar adalah kemacetan. Saat ini akses jalan menuju Cipanas atau jalur utara sudah acap kali terjadi kemacetan.
Demikian juga jalur ke arah Bandung, setidaknya ada 12 pabrik yang berdiri disepanjang jalur jalan nasional itu. Begitu bubaran akan terjadi kemacetan, karena berapa ribu karyawan dan banyak kendaraan yang memadati jalan. Hal serupa juga terjadi di jalan mengarah ke Sukabumi.
"Tinggal bagaimana solusinya kalau kondisinya seperti itu. Pertanyaanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)nya kemana Cianjur? Kalau ada apakah pabrik-pabrik itu sudah memenuhi syarat, karena keberadaanya harus memenuhi analisa dampak lingkungan sampai rekayasa lalu lintasnya," kata Satyawan saat dihubungi, Minggu (26/10).
Dikatakan Satyawan, banyak pabrik satu sisi memang banyak menyerap lapangan kerja, tetapi mengorbankan hal lainya. "Yang menjadi saya sedih banyak lahan pertanian berkurang dan menjadi lahan industri. Kalau seperti apa bedanya dengan kasus yang terjadi di Bogor masalah alih fungsi lahan," katanya.
Melihat kondisi tersebut bisa dipastikan iklim usaha di Cipanas akan terancam. Pemkab Cianjur harus bertanggungjawab, karena selaku regulator dalam mengeluarkan perijinan. "Dalam hal ini bupati yang paling bertanggungjawab, apakah kondisi seperti ini akan dibiarkan terus," katanya.
Akibat terjadinya kemacetan dari "penjuru angin" Satyawan menegaskan, tingkat kunjungan dan hunian hotel dan restoran terus menurun. "Tidak menurun bagaimana, kalau ke Cipanas dari Jakarta perlu waktu enam jam akibat macet, sedangkan ke Singapura saja cuma tiga jam, jelas ini persoalan," katanya.
Hal senada juga dirasakan oleh pedagang yang biasa berjualan di Jalan Raya Cipanas. Dalam beberapa tahun terakhir pembeli yang berkunjung sangat sepi. Sehingga menurunkan pendapatan.
"Jauh dengan waktu tahun sembilan puluhan, kita berjualan sangat rame. Kita bisa buka selama 24 jam, sekarang jam 21.00 WIb saja sudah sepi. Mungkin karena jalannya seringkali macet, jadi pengunjung ke Cipanas itu enggan datang," kata Siti Aisyah (45) seorang pedagang warungan.
Pihaknya hanya bisa berharap, Pemkab Cianjur bisa lebih memperhatikan kawasan wisata Cipanas. Karena kalau sepi pengunjung dampaknya sangat dirasakan oleh para pedagang. "Sebagai rakyat kecil hanya bisa berharap, Cipanas bisa rame seperti dulu. Kalau jalannya seringkali macet, berarti harus ada solusi, itu tugas pemerintah," katanya [KC-02]**.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.