BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Aduh, 23 Kasus Gizi Buruk Ditemukan Dalam 2,5 Bulan di Cianjur

CIANJUR,  [KC].- Hingga pertengahan Maret 2015, 23 kasus gizi buruk ditemukan disejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur. Para penderita gizi buruk tersebut berasal dari keluarga yang tidak mampu. Saat ini mereka tengah di tangani oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur.

Sekretaris Dinkes Kabupaten Cianjur Hary Nurman melalui Kepala Seksi Gizi Masyarakat Bidang Pembinaan Kesehatan dan Gizi Masyarakat Dinkes Hj. Lina Herlinayati, mengatakan, para penderita gizi buruk tersebut saat tengah ditangani dalam upaya untuk menstabilkan asupan gizi dan berat badan. Mereka tengah melakukan rawat jalan dan mendapatkan pantau secara berkesinambungan.

"Hanya 23 kasus yang berhasil kita temukan saat ini masih dalam perawatan. Kita akan lihat berat badanya bulan depan, termasuk status gizinya berubah atau masih tetap," kata Hj. Lina saat ditenui diruang kerjanya, Senin (16/3/2015).

Dijelaskannya, menangani kasus gizi buruk tidak bisa selesai dalam jangka waktu satu bulan. Perlu waktu untuk mengukur status gizinya. "Gizi buruk itu tidak bisa kita ukur satu bulan bisa menaikkan status gizinya. Gizi buruk yang kurang makan kalau tidak ada penyakit lain 3 bulan sudah bisa dilihat. Kalau ternyata ada penyakit penyerta harus diobati penyakitnya terlebih dahulu," kata Lina.

Dikatakan Lina, ada dua kategori penderita gizi buruk yakni gizi buruk murni tanpa adanya penyakit penyerta dan gizi buruk tidak murni atau adanya penyakit penyerta. "Kalau yang murni diakibatkan kurangnya konsumsi makanan bergizi. Kalau diberikan makanan tambahan akan kelhatan pertumbuhannya. Kalau ada penyakit penyerta tidak akan kelihatan karena makanannya di makan penyakit penyerta," jelasnya.

Salah satu upaya penanganan yang saat ini tengah dilakukan pihaknya adalah melakukan dekteksi dini gizi buruk. Dicontohkannya, kalau ada balita datang ke posyandi di KSMnya ada Bawah Garis Merah (BGM) dan dua T (dua kali ditimbang tidak naik berat badanya) itu sudah dideteksi petugas dikawatirkan berubah gizi buruk.

"Kalau sudah ditemukan seperti itu di periksa dulu kondisi fisiknya, kosulkan juga dengan dokter ada penyakit atau tidak. Kalau bisa hanya dg cukup periksa rutin di konseling tiap bulan, kalau perlu dirujuk kita rujuk, itu hasilnya dari doker perlu dirawat atau rawat jalan," tandasnya.

Upaya penangan terhadap penderita gizi buruk yang saat ini tengah dilakukan diantaranya pemberian makanan tambahan selama 3 bulan berturut-turut, atau terus menerus. Koseling gizi harus terus dilakukan oleh para penderita.

"Gizi buruk ini sebagai fenomena gunung es, kita melibatkan semua pihak terkait termasuk pemberdayaan posyandu, karena balita  yang datang ke posyandu akan ketahuan. Pokoknya kita bergerak dalam deteksi dini melibatkan pukesmas, bidan, posyandu. Mereka menemukan selalu melporkan," katanya.

Pihaknya juga mengakui, kasus gizi buruk yang terjadi di Cianjur masih cukup tinggi. Pada tahun 2014 saja setidaknya 205 kasus penderita gizi buruk berhasil ditemukan. Semuanya sudah berhasil ditangani dengan baik. "Kalau sekarang baru 23 kasus, mudah-mudahan bisa berkurang dibandingkan tahun sebelumnya," harapnya [KC-02]**.

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.