CIANJUR, [KC].- Meski belum banyak dirasakan dampaknya akibat melemahnya nilai tukar rupiah atas dolar AS, namun kondisi tersebut mencemaskan sejumlah pengrajin tahu tempe di Cianjur. Pasalnya sewaktu-waktu harga bahan baku kedelai impor tersebut bisa melambung naik.
"Ini bom waktu saja
sebenarnya, saat ini importir itu dikuasai oleh importir besar. Memang
banyak importir kecil, tapi tidak rasional. Ini bisa berubah kondisinya
sewaktu-waktu yang membuat harga bisa melambung," kata Ketua Koperasi
Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya
saat dihubungi, Senin (30/3/2015).
Menurut Hugo, jika stok yang
ada di tangan importir kecil sudah menipis, tidak menutup kemungkinan
harga kedelai impor itu akan melambung. "Sekarang masih aman, karena
stoknya masih ada, tapi kalau sudah menipis, tentu akan berdampak. Kita
ini dimainkan oleh importir besar, mereka bisa saja menaikkan harganya,"
papar Hugo.
Salah satu upaya untuk mengamankan kestabilan harga
kedelai impor, pemerintah harus turun tangan. Perpres Nomor 32 tahun
2013 harus direalisasikan bahwa Bulog untuk menstabilkan harga dan
distribusi. "Terus terang dengan naiknya dolas AS pengrajin tahu tempe
masih untung, tapi merasa was-was. Saat ini harga masih stabil lantaran
stok masih ada. Tapi kita tidak tahu kondisi ini sampai kapan,"
katanya.
Hingga saat ini harga kedelai impor di jual dengan
harga Rp 7.350 per kilogramnya. Harga tersebut sewaktu-waktu bisa
berubah jika stok yang ada diimportir kecil menipis. "Ini tidak
permanen, tinggal tunggu bom waktu saja, sudah pasti kita tidak akan
berdaya," tegasnya.
Sementara itu seorang pemasok kacang kedelai
di Pasar Cipanas Iwan Hermawan mengaku, dirinya sudah memasok kacang
kedelao dari tahun 2002, namun hingga kini masih mengandalkan barang
impor.
"Akibat impor, harga juga kerap tidak stabil. Saat rupiah
melemah saja, harga satu kuintal mencapai Rp 740 ribu hingga Rp 820
ribu. Padahal normalnya Rp 720 ribu per kuintal, jelas ini
menyulitkannya padahal permintaah cukup tinggi," katanya.
Dirinya
mengaku kacang kedelai itu impor dari Amerika, sehingga harganya juga
memang tidak murah. Pasalnya, kedelai lokal itu barangnya sedikit dan
kualitasnya tidak sebagus impor. "Permintaan kacang kedelai sendiri dari
para pedagang lumayan tinggi, sehingga pengiriman satu bulan sekali
seberat satu ton. Jika harganya mahal jelas akan memberatkan kami,"
ungkapnya.
Ia berharap, pemerintah bisa menyediakan kacang
kedelai lokal namun kualitas impor. Ini tentunya sangat diharapkan bisa
menekan harganya yang kerap melonjak. "Barang lokal itu dari daerah Jawa
dan Jampang itu kurang. Sehingga dalam seminggu barang sudah habis,"
paparnya [KC-02]**.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.