Menurut Ketua RW 03, Yusup Komarudin, kabar meninggalnya Fitri pertama kali diketahui warga karena mendengar teriakan teman dekatnya, Andrian Pradinata yang baru saja pulang dari bekerja.
"Saya digedor warga, mereka bilang ada yang bunuh diri. Saya bergegas ke tempat kejadian di Asrama Perintis itu. Ternyata benar dan jasad korban sudah kaku," ujar Yusup.
Dikatakan Yusup, Fitri baru sekitar 5 bulan tinggal di Asrama. Diketahu Fitri merupakan warga yang terbilang tertutup. Ia hanya beberapa kali terlihat keluar rumah untuk belanja, namun tak pernah berbaur dengan warga lainnya. "Tertutup, tidak suka ngobrol dengan warga, seperti perempuan-perempuan lainnya," ujar Yusup.
Ayi Jaya (45) orang tua Fitri terlihat sangat berduka melihat anaknya meninggal dalam kondisi leher terikat dengan sarung warna hitam di kusen pintu kamarnya sekira pukul 15.00 WIB. Menurut sang ayah, anaknya itu belum lama tinggal asrama. "Dia belum lama tinggal di tempat itu Pak," ujar Ayi yang berprofesi sebagai sopir angkot itu kepada Polisi di Kamar Jenazah RSUD Cianjur.
Ibu korban, Itoh, anaknya itu belum menjadi istri dari Andrian Pradinata. Pasalnya, selama ini, anaknya itu belum melangsungkan pernikahan sama sekali. "Pihak keluarga tidak pernah setuju dengan Andrian, karena selama ini dia hanya berkerja serabutan," ungkap Itoh.
Pihak keluarga kata Itoh, akhirnya terpaksa menyetujui hubungan itu karena Fitri tetap keukeuh, meski tidak mendapat restu dari pihak keluarga.
Kontak komunikasi terakhir antara dirinya dengan anaknya itu terjadi dua hari yang lalu melalui telepon selular. Dalam komunikasi singkat itu, Fitri mengatakan bahwa Fitri ingin pergi mendahuluinya.
"Dia bilang, Fitri mah arek balik we ti heula (pulang terlebih dulu), lewat telepon. Terus saya tanya, mau pergi kemana? Di sini saja," papar Itoh.
Petugas forensik IPJ RSUD Cianjur, Soni Irawan, mengatakan, ada kenjanggalan pada tubuh korban saat dilakukan pemeriksaan. Ciri-ciri orang yang meninggal akibat bunuh diri seperti lidah menjulur dan air sperma yang keluar dari kemaluan tidak nampak terlihat pada korban.
"Tubuh koban tidak mengeluarjkan cairan, dan pada mulutnya mengeluarkan busa," ujarnya.
Selain Fitri, anaknya yaitu Alfi (2) diduga menjadi korban kekerasan. Menurut salah seorang petugas rumah sakit, pada tubuh bocah yaitu telinga, tengkuk, paha, dan lengan terdapat tanda merah akibat cubitan. Pada keningnya pun terdapat luka memar. Selain itu pada dadanya pun terdapat luka gigitan yang mengakibatkan dadanya mengeluarkan cairan.
Kapolres Cianjur, AKBP Asep Guntur Rahayu menuturkan bahwa Polisi sudah menahan Andrian sebagai saksi untuk dimintai keterangan terkait meninggalnya korban. "Yang pertama kali menemukan korban adalah Andrian. Dia juga teman dekat korban. Karenanya, kami pintai keterangan," ujar Asep melalui sambungan telepon.
Dibenarkan oleh Kapolres bahwa Andrian merupakan sumber informasi bagi Satuan Narkoba Polres Cianjur. Namun yang menjadi janggal, Andrian dan Fitri tinggal di Asrama Perintis yang merupakan Asrama bagi anggota polisi. "Kami akan terus selidiki. Yang jelas ini mengaraj ke kasus pembunuhan," ujar Kapolres [KC-02]**.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.