Cianjur [KC].- Ada yang memplesetkan RW (Rukun Warga) kepanjangan dari "Riweuh Wae" (sibuk saja, red), sedangkan RT (Rukun Tetangga) kepanjangan "Riweuh Teukapake" (sibuk tidak dihargai,red). Tentu plesetan ini dimaksudkan untuk menggambarkan betapa repotnya orang yang ditunjuk sebagai ketua RW/RT.
Nyaris semua masalah yang muncul di masyarakat dirujuk ke RW/RT. Bahkan tidak sedikit urusan pribadi, seperti rumah tangga dibawa ke meja RW/RT. "Urusan suami selingkuh juga masih ada yang dibawa ke RW/RT, ini menunjukan betapa repotnya jadi ketua RW/RT," kata Wakil Bupati Cianjur Suranto, di rumah dinasnya, Jum'at (30/10).
Oleh karena itu pemkab Cianjur mengucurkan dana RW/RT sebesar Rp 10 juta/RT yang diantaranya untuk insentif RW/RT. Melalui dana ini diharapkan kinerja RW/RT meningkat, pun program kemasyarakatan lainnya terealisasi. Pengucuran dana RW/RT ini, menurut Suranto, di dasarkan pertimbangan betapa strategisnya peran RW/RT dalam membangun sektor kemasyarakatan.
Bahkan boleh dibilang RW/RT ini garda paling depan dalam membangun di sektor apapun. Sebab pembangunan akan lebih cepat menuai hasil maksimal jika berbasiskan partisipasi masyarakat. "Dan ujung tombak menggerakan masyarakat ini ketua RW/RT," tuturnya.
Bagi RW/RT ini tidak ada yang disebut jam kerja. Kapan saja dan dimana saja ketua RW/RT harus melayani masyarakat. Kedua figur ini harus bekerja ibaratnya 24 jam saja. Tengah malam di waktu istirahat, jika warga membutuhkannya, RW/RT tetap saja harus melayaninya. Namun tragisnya masih ada warga yang kurang menghargai posisi ketua RW/RT ini.
Malah ketua RW/RT dipandang sebelah mata. Padahal tugas yang diemban mereka sangat berat. Mereka adalah pionir-pionir pembangunan. Diyakini Suranto, jika tidak diniatkan ibadah tidak bakal ada warga yang mau jadi ketua RW/RT. "Jadi kepedulian kepada ketua RW/RT perlu dilanjutkan pemkab, bila perlu ditambah," teganys. [KC.10/SMeC]
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.