BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

DALAM DIAMNYA AHMAD

Penulis 
Benning Rizahra (Kuningan, Jawa Barat)
Guru Konsultan Sekolah Literasi Indonesia Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa

Sudah hampir tiga pekan saya berada di kampung Gunung Putri desa Sukatani Kecamatan Pacet untuk melaksanakan program Sekolah Literasi Indonesia yang merupakan program Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa. Saya ditempatkan di MI Al-Ikhlas. Sekolah yang sudah cukup bangus dari segi bangunan, tata ruang, kompetensi kepala madrasah dan gurunya. Muridnya yang sangat banyak menjadikan sekolah ini harus meningkatkan lagi kualitasnya.

Di kampung Sukatani cuacanya sangat dingin, sedingin Ahmad, siswa kelas 4A yang bernama lengkap Ahmad Dian. Sosok anak kecil yang tampan, bersih dan rapi, namu dia merupakan siswa yang pendiam.

Karena guru kelas 4A berhalangan hadir, beberapa kali saya mengisi dikelas ini. Setelah beberapa kali saya mengajar di kelas 4A ini, dia yang tak pernah berkomentar, hanya diam dan menurut apa yang diperintahkan. Namun dari sorot matanya yang selalu antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan, saya meyakini bahwa anak ini memiliki kemampuan yang luar biasa.

Untuk melihat apakah benar praduga itu, saya sering berikan test dari materi yang diajarkan. Dan dugaan itu terbukti benar. Dia selalu menjawab benar semua pertanyaan-pertanyyan yang diberikan. Tulisannya yang rapi sesuai dengan cara berpakaiannya membuat saya tertarik untuk membuat rasa percaya dirinya mucul dengan kemampuan yang dia miliki.

Setiap dikelas, saya coba memotivasi anak-anak untuk percaya diri, berani, dan ceria. Memberikan waktu luang setiap pulang sekolah untuk curhat bersama. Saya pancing Ahmad untuk cuhat, namun dia menggelengkan kepala dan hanya tersenyum saja. Padahal ingin tahu sekali tentang hidupnya,
Selalu berusaha untuk terus menggali potensi yang ada, seperti pada saat pelajaran SBK. Kita menggambar dan temannya bebas. Dia menggambar televisi, dan tulisan disampingnya “saya suka menonton TV, tapi harus dapat memilih acara yang baik”. Kurang lebih seperti itu tulisan yang tertera. Cukup dewasa untuk anak berumur 10 sampai 11 tahun dapat menuliskan seperti itu. Semakin menambah keyakinan bahwa dia memiliki kemampuan yang tersembunyi.

Setiap hari dimotivasi dan diajak untuk selalu bermimpi tentang masa depan. Mimpinya untuk menjadi guru ngaji merupakan mimpi yang menurut saya sangat mulia. Dengan mimpinya tersebut saya mencoba memotivasinya untuk terus belajar, pemberani, dan selalu ceria.

Ada kemajuan yang terlihat, dikelas dia mulai berani untuk menjawab, bertanya, juga tertawa bersama. Sebelumnya, walaupun dia sudah selesai mengerjakan tugasnya, dia tidak berani untuk mengumpulkan duluan, walaupun jawaban dia benar semuanya. namu sekarang, dia sudah berani menunjukan itu semua.

Pernah satu waktu ada soal matematika yang cukup sulit, walaupun bukan dia yang mengumpulkan pertama, tapi cuma dia yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Sungguh anak yang luarbiasa, menyembunyikan kemampuannya dalam diam. Namun diamnya itu adalah masa lalunya, sekarang sudah berani untuk lebih aktif dikelas.

Tidak akan bersama kelas ini selamanya, semoga selamanya Ahmad akan lebih baik dan kelak dapat menjadi guru ngaji yang merupakan cita-citanya.

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.