CIANJUR, [KC].- Serangan hama ulat terhadap tanaman padi di Kampung Saparantu, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kab. Cianjur, mengancam sekitar 20 hektar tanaman padi akan gagal panen. Akibatnya petani dipastikan akan mengalami kerugian yang cukup besar.
Serangan hama ulat yang mengakibatkan tanaman padi menjadi patah itu sudah terjadi sejak awal bulan saat padi mulai akan berbuah. Sepintas tidak akan terlihat, karena kondisi tanaman padi tampak sehat seperti biasa.
"Tapi saat mau berbuah baru kelihatan. Padi yang menghijau itu tiba-tiba banyak yang patah dibagian batang tubuhnya," ungkap Juhi Wahyudin, salah satu petani.
Juhi menambahkan, sebenarnya, serangan hama serupa juga pernah menyerang. Namun, saat itu, serangannya tidak separah dan seluas saat ini. "Kalau sekarang banyak yang kena. Dari pengakuan para petani yang lahannya kena itu total 20 hektar lebih," beber dia.
Selain menyerang batang bulir padi yang pada akhirnya membuat patah, Juhi menyebut, hama tersebut juga mengakibatkan bulir-bulir padi tidak berisi alias kosong.
Para petani, imbuh Juhi, bukan tinggal diam. Segala cara dan usaha sudah dilakukannya untuk membasmi hama tersebut. Mulai dari pemupukan hingga penyemprotan melebihi dari biasannya. Namun tetap saja, hama itu tidak bisa dibasmi.
"Kita bingung harus bagaimana lagi. Kami sudah usaha macam-macam tapi hasilnya nihil. Hama tetap tidak bisa dibasmi," tutur dia.
Senada, Setiawan, petani lainnya pun mengaku harus menanggung kerugian yang tidak sedikit akibat serangan hama tersebut. Dari hampir satu hekar sawah miliknya hanya menghasilkan lima kuintal padi saja. Padahal, biasanya, dirinya mendapatkan total panen padi sebanyak lebih kurang tiga hingga lima ton.
Selain itu, lanjut dia, hasil penjualan padi miliknya pun tidak dapat menutup total modal tanam, pupuk serta perawatan tanaman padi yang harus ia keluarkan selama ini.
"Saya habis itu sekitar Rp4 jutaan. Tapi saat dijual panennya cuma dapat Rp2 jutaan saja. Rugi separuhnya," sesal dia.
Para petani berharap, ada tindakan riil dari pemerintah setempat agar nantinya tetap bisa menanam padi lagi. Pasalnya, mereka memastikan, bakal banyak petani yang mengalami kerugian dan kehabisan modal untuk musim tanam selanjutnya.
"Ini baru beberapa yang terpaksa dipanen. Apalagi modal juga tidak kembali. Musim panen berikutnya kami juga bingung harus bagaimana," paparnya [KC-02/gp]**
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.