BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Pendidikan Multikultur Bekal Guru Toleran

Oleh. Ahmad M. Nur

Sosok yang digugu dan ditiru. Slogan yang memiliki makna yang dalam bagi penyandang gelar guru. Makna di balik slogan ini adalah bahwa sosok seorang guru dapat dipercaya dan ditiru. Oleh sebab itu, tindakan guru akan selalu menjadi panutan bagi peserta didiknya.

 Belakangan ini, banyak sekali isu-isu seorang guru mengajarkan paham radikalisme kepada peserta didiknya. Ini adalah sebuah ancaman besar. Bagaimana tidak? Sosok yang menjadi tauladan, mengajarkan sesuatu yang mengancam ketentraman publik. Dimana di negara yang kita tinggali ini yaitu Indonesia, memiliki banyak sekali perbedaan baik bahasa, agama, ras, suku, aliran dan lain sebagainya. Jika yang diajarkan adalah paham radikalisme (terorisme) yang mana tidak menerima pemahaman apapun yang berbeda, maka peserta didiknya pun akan menjadi seorang yang radikal. Inilah yang menjadi sebuah tantangan berat berupa makin maraknya penyebaran pemahaman intoleran dan radikal bagi kita.

Seorang guru terutama guru agama semestinya mendidik peserta didiknya agar berkarakter toleran yang mana sesuai dengan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, guru harus memegang konsep pendidikan multicultural agar menjadi bekal untuk mengajar. Yang dimaksud pendidikan multicultural yaitu model pendidikan yang mengusung ideologi yang memahami, menghormati dan menghargai harkat dan martabat manusia dimanapun ia berada dan darimanapun asalnya.

Seorang guru harus memahami bahwa perbedaan itu rahmat. Perbedaan juga suatu keniscayaan. Sehingga, memiliki sikap toleran menjadi keharusan. Salah satu caranya agar peserta didik menjadi toleran yaitu seorang guru harus memiliki sikap toleran dan memahami pendidikan multikutural.

Pendidikan multikultural bukan hal yang asing, pendidikan multikultural yang menghargai perbedaan ini sudah dicontohkan oleh pendiri bangsa kita. Yaitu saat merumuskan Pancasila. Yang diusung di dalamnya setelah melalui  perundingan adalah isu-isu yang universal. Sehingga dapat diterapkan pada lapisan masyarakat manapun. Seperti halnya sila pertama, “ketuhanan Yang Maha Esa”. Jika yang beragama adalah Islam maka yang dimaksud ketuhanan disitu adalah Allah, dan ketika diterapkan pada agama kristen, yang dimaksud adalah yesus dan lain sebagainya.

Indonesia sebagai negara terbanyak penduduknya keempat di dunia, dengan posisi strategis geopolitik dan geoekonominya, lalu ada juga MEA, semua itu akan mempengaruhi bangsanya. Di situlah tantangan menjaga toleransi di Indonesia, agar Indonesia dapat menjawab tantangan dunia. Dan Tantangan-tantangan ini pun harus dihadapi bersama, dengan tetap menjaga semangat toleransi di tengah keragaman, demi persatuan bangsa..

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.