Guru SMPN 1 Cipanas
Sebuah perhelatan kompetisi sains digelar secara serentak di seluruh provinsi di Indonesia pada awal April 2016 ini. Kompetisi tersebut dinamakan Olimpiade Sains Nasional (selanjutnya disebut OSN). Kegiatan OSN ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan secara bertahap dari tingkat sekolah (SD sampai SMA dan SMK) sampai tingkat internasional. Di Jawa Barat sendiri, untuk OSN SMP diikuti oleh sekitar 243 siswa terpilih dari setiap kabupaten/kota pada tanggal 7-9 April 2016 di Villa Teratai Lembang, Bandung.
Tahun ini Kabupaten Cianjur mengirimkan 9 orang peserta yang terdiri dari 4 orang peserta OSN IPS, 3 orang peserta OSN IPA dan 2 orang peserta OSN Matematika untuk keseluruhan peserta OSN SMP. Jumlah tersebut diperoleh dari kuota 2 orang untuk masing-masing mata pelajaran yang diperlombakan dan selebihnya adalah hasil passing grade provinsi. Dengan demikian, Kabupaten Cianjur memperoleh 3 peserta berdasarkan ketentuan tersebut yaitu 2 orang dari peserta OSN IPS dan 1 orang dari peserta OSN IPA.
Tentu saja ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi sekolah yang siswanya terpilih untuk mengikuti ajang tersebut, karena ajang ini cukup bergengsi. Ada beberapa aspek yang mendasari kegiatan OSN ini sebagai ajang lomba yang bergengsi antara lain pertama, kegiatan ini diselenggarakan oleh Kemendikbud yang otomatis memperoleh legitimasi landasan hukum yang jelas. Kedua, OSN merupakan kompetisi yang mengandalkan pengetahuan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal yang diberikan dalam ajang OSN ini mempunyai karakteristik soal yang lebih tinggi dari tingkat pendidikan yang dijalani, misalnya soal OSN SMP biasanya merupakan adaptasi dari soal SMA dengan menggunakan bahasa dan sistematika tulisan yang memerlukan daya nalar tinggi. Ketiga, proses seleksi yang cukup ketat dan bertahap dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi, nasional hingga internasional. Seleksi tertutup dan ketat dimulai dari tingkat kabupaten, dimana pemeriksaan lembar jawaban tidak melibatkan tim di kabupaten, melainkan langsung dinilai dari pusat. Sehingga menutup kemungkinan adanya pemanipulasian data hasil penilaian. Keempat, biasanya pemenang memperoleh penghargaan salah satunya jaminan pendidikan yang cukup menjanjikan.
Setiap pemenang OSN baik di tingkat kabupaten sampai internasional biasanya memperoleh rekomedasi untuk melanjutkan sekolah maupun beasiswa di lembaga pendidikan terbaik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suhu akademik yang memadai. Kelima, keberhasilan dalam lomba ini dapat dijadikan salah satu indikator yang diperhitungkan dalam memenuhi standar nasional pendidikan terutama pada indikator standar kelulusan yaitu keberhasilan sekolah untuk mengoptimalkan kemampuannya mencetak siswa berprestasi di bidang akademik.
Ada hal yang menarik dari kegiatan OSN SMP tingkat provinsi tahun ini. Di sela-sela kesibukan mereka dalam mengikuti sesi-sesi pembekalan sebelum tes tulis, Nampak beberapa peserta yang senantiasa menunaikan ibadah sunnah seperti puasa, sholat dhuha dan sholat tahajud dan ternyata peserta tersebut berasal dari Kabupaten Cianjur. Berdasarkan pembicaraan dengan para peserta tersebut, ritual ini sudah biasa mereka lakukan apalagi di sekolahnya ada semacam pembiasaan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah ini. Betapa pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah mampu membentuk karakter siswa untuk menjadikan ritualitas agama sebagai salah satu ujung tombak keberhasilan mereka.
Dengan kekuatan intelektual dan spiritual yang mereka miliki, mereka mampu menunjukkan kemampuannya bersaing dengan peserta lain yang mungkin kemampuannya di atas mereka. Bahkan stigma bahwa ajang OSN yang berfaham materialis, dapat ditepis dengan pemahaman spiritualitas yang tinggi. Ini merupakan mentalitas yang patut diteladani, ditengah suhu persaingan dan jadwal kegiatan yang ketat, mereka berkeyakinan bahwa doa adalah kekuatan utama dalam setiap tindakan dan ucapan.
Tidak mudah membentuk karakter siswa yang bersandar pada mentalitas intelektual dan spiritual yang saling bersinergi seperti yang dicontohkan oleh peserta OSN dari Kabupaten Cianjur ini. Mentalitas intelektual dapat dibentuk dari proses pembelajaran secara berkelanjutan dengan mengedepankan aspek kegembiraan dalam belajar dan kebutuhan siswa tersebut untuk belajar. Sedangkan aspek mentalitas spiritual memerlukan aspek yang lebih dari sekedar proses belajar. Pembiasaan yang mengarahkan siswa untuk bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dan hukum perlu terus ditindaklanjuti hingga mengakar kuat pada diri siswa itu sendiri baik secara keyakinan maupun ucapan dan tindakannya. Pembiasaan yang dilakukan di sekolah tempat peserta belajar merupakan salah satu upaya untuk membentuk karakter siswa tersebut.
Kegiatan OSN ditutup dengan test akhir sebagai kompetisi OSN yang sesungguhnya. Masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri, baik dari petunjuk pengerjaan soal, jumlah soal, waktu mengerjakan soal, bentuk soal maupun kriteria penilaian. Hasil test seluruh peserta akan diperiksa oleh tim OSN dari pusat yang akan dipublikasikan secara online pengumumannya pada tanggal 21 April 2016 di website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dari hasil seleksi akan diperoleh nilai yang sesuai dengan passing grade nasional dan kuota masing-masing provinsi sebanyak 2 orang untuk setiap mata pelajaran. Berdasarkan sistem penilaian tersebut, tentunya kita berharap bahwa peserta OSN dari Kabupaten Cianjur terpilih menjadi peserta OSN Nasional baik itu melalui jalur passing grade maupun kuota provinsi. Dengan modal mentalitas intelektual dan spiritual yang dimiliki peserta, bukan tidak mungkin jika peserta OSN dari Kabupaten Cianjur dapat mengikuti ajang di tingkat yang lebih tinggi lagi. Aamin Ya Robbal ‘alamiin.
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.