Ilustrasi |
"Itu tidak benar, yang benar itu adalah kami telah melakukan pendataan siswa yang akan melanjutkan ke SMA/SMK. Karena kita diminta oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengetahui prosentase berapa yang melanjutkan," kata Usep saat dihubungi, Jumat (17/3/2017).
Mengenai dilaksanakanya renang ke kolam renang yang ada di Cipatat Bandung Barat, itu selain dekat, murah dan lokasinya terjamin dan anggota TNI siap ikut membimbing dan menjaga keamanan siswa yang sedang eskul renang. Sedangkan mengenai tabungan siswa, sengaja diberhentikan, karena adanya larangan dari pihak Dinas Pendidikan Kabupaten.
"Ini bukan macet di pihak sekolah, melainkan akan dibagikan secara prosedur, nanti saat siswa akan menghadapi acara perpisahan dan kenaikan kelas. Untuk study tour, itu sudah ada dalam aturan, diperbolehkan yang penting tepat waktu dan tepat sasaran, hingga nantinya siswa akan mampu mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang berbagai situs dan cagar budaya," ungkapnya.
Usep juga menegaskan, jika ada orang tua siswa yang melaporkan bahwa adanya pungutan liar ke bupati dan tidak sesuai dengan fakta, pihaknya tidak akan tinggal diam. "Kalau pengaduannya tidak benar, kita akan kembali mengadukan kepihak yang berwajib, karena seluruh yang diadukannya tidak sesuai, hingga mencemarkan nama baik sekolah," paparnya.
Sebelumnya, maraknya pungutan yang terjadi di SMPN 1 Bojongpicung membuat sejumlah orang tua murid geram. Bahkan salah seorang diantaranya berencana akan melaporkan secara tertulis kepada Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar saat menggelar Cianjur Ngawangun Lembur (CNL) diwilayah Bojongpicung hari ini, Jumat (18/3/2017).
"Banyak pungutan yang jelas-jelas membebankan orang tua siswa. Seperti seringnya dilaksanakan renang untuk seluruh siswa dengan mengunakan kolam renang di Bandung Barat, dengan nilai Rp30 ribu persiswa. Apa ini bukan pungutan, di Cianjur banyak kolam renang yang bagus-bagus, kenapa harus ke Bandung Barat," kata Dangin Puri, orang tua siswa yang akan melaporkan secara tertulis maraknya pungutan di SMPN 1 Bojongpicung.
Menurut Dangin Puri, pungutan lainya yang saat ini terjadi diantaranya kegiatan study tour kelas VII. Sebesar Rp 360 ribu/siswa, kelas VIII Rp 320 ribu/siswa dan kelas IX Rp 660 ribu sampai Rp 760 ribu/siswa. Selain itu bagi siswa kelas IX yang akan melanjutkan sekolah juga dikenakan pungutan untuk yang melanjutkan dilingkungan Bojongpicung sebesar Rp 30 ribu/siswa, yang melanjutkan sekolah di sekitar Kecamatan Ciranjang sebesar Rp 50 ribu/siswa dan Rp 80 ribu bagi yang melanjutkan ke Cianjur.
"Tabunagn siswa saat ini juga mandeg hingga tidak bisa dibagikan, belum lagi pungutan alasan untuk sumur bor dan masih banyak lagi. Intinya semua itu tidak pernah dimusyawarakan terlebih dahulu dengan pihak orang tua siswa, jelas kami selaku orang tua merasa keberatan. Makanya akan kami laporkan ke bupati semoga ada pembinaan," paparnya. [KC-02/pip]**
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.