BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Ini Sejarah Bubur Ayam Cianjur Menurut Luki Muharam

KULINER khas Cianjur ini memang layak menjadi kebanggaan urang Cianjur. Rek kumaha teu kitu, Kakak Ipar saya saja yg tinggal di Jepara Jateng "ngahaja" datang ke Cianjur untuk merasakan langsung bubur ayam Cianjur di Cianjur, soalnya ia kerap ngabubur Cianjur diberbagai kota di Jawa.

Sedangkan Menurut Abdurahmah (40) pemilik kios Bubur Sampurna menyatakan bahwa bedanya dengan bubur ayam Bandung, atau Sukabumi terletak dari makanan tambahan bubur yang serba jeroan seperti pepes usus, ati dan ampela diolah dengan banyak bumbu hingga rasanya gurih " plus kecap asin dan warna kurupuk yang khas " ujar Abdurahman putra sulung Haji Aep penjual bubur sejak jaman "ditanggung" tahun 1975, jaman mangkal didepan toko kelontong Sampurna hingga kasohor dengan sebutan "Bubur Ayam Sampurna".

Olahan bubur ayam tiba di Cianjur kemungkinan sejaman dengan tibanya etnis Tionghoa ke Cianjur, yakni jaman dibukanya perkebunan-perkebunan ketika Cianjur diperintah Bupati Cianjur Dalem Astramanggala / Rd. Aria Wiratanu III (1707-1727) yang sukses membuka kota Cianjur sebagai penghasil kopi terbesar se Jawa Barat. Namun tentunya buburnya masih olahan khas Cina, berbeda dengan bubur Cianjur sekarang.

Sebelum terkenal dengan olahan khasnya Bubur Ayam Cianjur yakni adanya pepes usus yang kaya bumbu, ati dan ampela. Ternyata sebelumnya bubur ayam ini mengalami sejarah panjang sebelum menemukan cita rasanya sekarang.

Saat ratusan buruh-buruh perkebunan Tiongkok dibawa Belanda ke Cianjur ratusan tahun silam kehidupan para buruh ini rata-rata "balasangsak" untuk makan keluarga saja menjadikan beras jadi bubur agar dapat dikonsumsi banyak orang. Hal ini memang sudah biasa bagi etnis Cina dinegara leluhurnya.

Sejak jaman Kaisar Sih Huang Ti (238 SM)  di Cina saat terjadi kelaparan nasional Kaisar menyarankan agar warganya membuat bubur.

Di Cianjur sendiri berkali kali warga asli Cianjur merekayasa bubur beras agar enak disantap. Maka sekitar th 1950an "barudak ngora" yg suka begadang mencampur berbagai sayuran dan telur kedalam bubur ayam layaknya bubur Manado,  kegiatan ngabubur beras dicampur bahan-bahan lain ini disebut Nak Ce yg entah apa artinya.

Baru kemudian Mang Endu menjual bubur beras yang dicampur pais peujit dan jeroan ayam yang dibungkus daun.  Mang Endu mangkal persis didepan toko Su Ge di Bojong Herang. Karena lezat bubur ayam Mang Endu kian sohor dan ditiru pedagang lain hingga Cianjur marak dengan penjual bubur.

Umumnya mereka berjualan sejak  dinihari hingga menjelang siang atau sore hingga tengah malam.  Para turis lokal asal Jakarta kerap nongkrong menikmati Cianjur malam hari sambil makan bubur ayam, diantaranya Bubur Ayam Haji Aep yg mangkal didepan toko Sampurna di jl Mangunsarkoro Cianjur yang akhirnya dikenal dengan Bubur Ayam Sampurna. Bubur Mang Endu yang mangkal depan toko Suge juga dikenal dengan sebutan Bubur Ayam Suge. Sepeninggalan Mang Endu, bubur ayam Suge dilanjutkan Mang Ade anaknya, yang kini mangkal didepan kantor BRI Suge. (sumber Memet Thohir dan lainnya). [KC-02]



Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.