kabarcianjur.com - Satu keluarga yang tinggal dirumah tidak layak huni (Rutilahu) di Kampung Neglasari RT 01/11, Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi (Hawai), Kabupaten Cianjur di ketahui terjangkit penyakit paru. Bahkan satu anggota keluarga Fajar Saefudin (10) kondisi tubuhnya kering kerontang tinggal kulit dan tulang.
Kejadian tersebut di ungkap Babinsa Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi Koptu Haryadi. Saat dilihat kondisi Fajar sudah sebulan tak pergi sekolah ke Madrasah Al-Huda karena jatuh sakit, kondisi makin parah setelah ia tak mau makan dalam beberapa hari terakhir.
Saat diperiksa Babinsa, tak hanya Fajar yang sakit. Sang ayah Aef Saefudin (45) dan sang ibu Vera (42) juga menderita sakit.
Melihat hal tersebut, Babinsa mengambil inisiatif karena melihat kondisi Fajar yang sudah sangat lemah akhirnya dipaksa dibawa ke rumah sakit oleh Babinsa.
"Semula mereka menolak, namun saya paksa dan saya minta bantuan sana sini untuk biaya makan yang menunggu Fajar di rumah sakit," kata Haryadi, ditemui saat melakukan kerjabakti membersihkan dan merenovasi rumah keluarga Fajar, Jumat (22/3/2019).
Haryadi mengatakan, sambil menunggu uluran tangan dari donatur dan dermawan ia menyuruh warga dan tetangga membersihkan rumah milik keluarga Fajar terlebih dahulu.
Menurut Koptu Haryadi, awal mula ia menemukan keluarga Fajar setelah mendapatkan informasi dari temannya ada warga yang sakit dan mengalami gizi buruk.
"Saya cek informasi itu ternyata semua keluarganya menderita sakit dan harus dibawa ke dokter. Saya bawa ke dokter Aji. Melihat kondisi rumahnya, satu kamar dihuni empat orang," kata Haryadi.
Haryadi sempat kebingungan karena saat akan dibawa, keluarga tersebut dari kalangan tak mampu, tidak memegang uang sepeserpun.
"Semoga aparat dan pemerintah membantu keluarga miskin yang sakit ini, karena mereka tak punya uang sepeser pun," ujar Haryadi.
Dari keterangan para tetangga, keluarga Fajar juga tak dapat jatah beras raskin. Satu rumah yang minim ventilasi tersebut ditinggali oleh tujuh orang.
"Keluarga Fajar sepengetahuan saya dalam sebulan hanya mendapat satu liter beras raskin itupun harus ditebus uang Rp 2 ribu, karena tidak ada kartu BSM kalau yang ada kartu bisa diberi beras raskin tiga liter sampai lima liter," ujar seorang tetangga yang dekat dengan rumah Fajar.
Kakek Fajar, Arim (54), mengatakan awalnya yang sakit itu ayahnya Fajar lalu menular ke sang istri dan kemudian menyebar kepada Fajar.
"Awalnya batuk-batuk menular ke anak dan istri, cucu saya sebulan tak sekolah, seminggu sebelum dibawa kemarin susah makan," kata Arim.
Arim mengatakan beberapa kali ia membawa cucunya berobat ke puskesmas. Namun karena tak mampu melanjutkan biaya berobat, maka Fajar hanya mendapat pengobatan alakadarnya.
"Ayahnya hanya tukang ojeg, kadang dapat uang kadang tidak," kata Arim.
Arim mengatakan, nasib pilu juga menimpa dua cucunya yang tak lain masih adiknya Fajar. "Adiknya Fajar meninggal dalam usia satu bulan, ia meninggal di rumah seperti sesak, lalu adik Fajar lainnya yakni Fajri meninggal dalam usia dua tahun," ujar Arim sambil tertunduk. [KC-02/gien]
Comments0
Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.