BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Diantar Cuma Sampai Gang, Jenazah ODP Terpaksa Dimakamkan Warga Tanpa APD

Ilustrasi
CIANJUR,[KC],- Sejumlah warga di Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber terpaksa memakamkan jenazah orang dalam pemantauan (ODP) tanpa mengikuti protokol kesehatan, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).

Informasi yang dihimpun, sebanyak lebih kurang 10 warga yang terpaksa memakamkan jenazah ODP itu, setelah petugas dari RSUD Cimacan, tempat ODP itu dirawat hanya mengantarkan jenazah hingga gang menuju lokasi pemakaman dan tidak mau membantu melakukan proses pemakaman dengan protokol kesehatan Covid-19.

ODP berjenis kelamin laki-laki, berusia 65 tahun itu pertama kali mendapatkan perawatan di RSUD Cimacan pada Senin (4/5/2020) setelah melakukan perjalanan dari Jakarta yang merupakan zona merah.

“Memang riwayatnya telah melakukan perjalanan dari Jakarta, dengan keluhan sesak nafas. Almarhum datang ke rumah sakit dengan kesadaran sendiri, untuk memeriksakan kesehatannya,” ungkap salah seorang keluarga dekat almarhum yang enggan disebutkan namanya, kepada wartawan, Rabu (6/5/2020).

Setelah diperiksa, hasilnya pasien mengalami gejala mirip pasien Corona dan harus dirawat. Meskipun dari hasil rapid test menunjukan negatif, dan Pada Selasa (5/5/2020) malam, pasien meninggal.

Keluarga dan aparat setempat pun langsung menyediakan liang kubur untuk jenazah, sehingga petugas bisa langsung memakamkan saat datang.

Tapi, ternyata bukannya memakamkan, petugas dengan APD lengkap dari rumah sakit malah sekadar menurunkan peti jenazah di depan gang menuju pemakaman, tidak melanjutkan hingga proses pemakaman.

“Oleh warga sempat dikejar saat mereka hendak kembali pulang. Kenapa diturunkan saja, tidak dimakamkan, SOP-nya bagaimana? Mereka malah jawab tugasnya hanya mengantar jenazah, untuk pemakaman oleh gugus di tingkat desa, kemudian mereka tetap pulang,” tuturnya.

Bahkan, dari keterangan keluarga petugas dari RSUD Cimacan beralasan sudah koordinasi dengan polisi dan gugus tugas.

“Di kampung gini, kalau sudah larut malam apalagi jelang dini hari, jangankan petugas. Warung saja sudah tidak ada yang buka,” tambahnya.

Pada akhirnya, lanjut dia, warga yang sempat kebingungan memaksakan diri untuk memakamkan jenazah tanpa menggunakan APD.

“Warga juga khawatir, tapi mau gimana lagi. Kasihan jenazah kalau dibiarkan lama tidak segera dimakamkan. Meskipun pada akhirnya setelah pemakaman semuanya cemas,” tuturnya.

Dia menyayangkan langkah petugas tersebut. Apalagi kedatangan mereka ber-APD lengkap, sehingga membuat warga khawatir sebelumnya.

“Meskipun informasi terbarunya ada riwayat penyakit penunjang yang menyebabkan pasien meninggal, tapi kalau sudah dibawa dengan petugas APD lengkap, ya tuntaskan. Jangan malah lepas tangan diturunkan di depan gang. Kalau memang tidak apa-apa, ya sekalian petugasnya juga jangan pakai APD,” tuturnya.

Sementara itu, Camat Cibeber, Ali Akbar, mengatakan, pihaknya sedang mencari informasi lebih dalam terkait pemakaman ODP oleh masyarakat tanpa APD.

“Kami masih telusuri informasi kaitan kondisi dan riwayat pasien. Kalau informasi awal statusnya ODP, karena dari zona merah dan sakit hingga dirawat. Kami coba koordinasi dengan rumah sakit, tapi belum ada jawaban,” ucap Ali.

Ali mengatakan, pihaknya sudah memerintahkan kepala desa untuk mengisolasi warga yang turut memakamkan. Selain itu, mereka akan dicek kondisi kesehatannya.

“Meskipun mennggunakan peti jenazah steril, tapi tetap saja mereka berkontak tanpa alat pelindung. Intinya kami upayakan pencegahan, meski pasien baru berstatus ODP” jelasnya.

Sementara itu, Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Gugus Tugas Covid-19 Cianjur, dr Yusman Faisal, mengatakan, pasien tersebut saat ini diturunkan statusnya menjadi Orang Dalam Pemantauan.

“Semula itu PDP, tapi dari pemeriksaan lanjutan ternyata ODP. Karena lebih condong ke penyakit bawaan, bukan pada gejala penyakit menyerupai COVID-19. Ketika masuk sebatas demam tinggi,” tutur Yusman.

Karena sudah ditetapkan sebagai ODP, lanjut dia, penanganan pemakaman memang seharusnya ditangani sesuai prosedur pasien infeksius terutama Covid-19.

“Karena dari WHO-nya begitu, yang ODP sekalipun harus menggunakan prosedur yang sama. Kami akan evaluasi kejadian tersebut, dimana pasien meninggal dengan status ODP ditangani oleh masyarakat tanpa APD,” tuturnya.

“Sistem koordinasi juga akan dievakuasi antara rumah sakit dan gugus tugas di wilayah, supaya ketika ada pasien sudah siap,” pungkasnya. [KC.10/NET]**

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.