BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

Menyongsong Pencoblosan Besok ~JIKA SUATU URUSAN DISERAHKAN KEPADA ORANG YANG BUKAN AHLINYA

Penulis : Nanang Gojali Dosen FISIP UIN SGD Bandung

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah "serahkanlah sesuatu kepada ahlinya." Pesan ini mencerminkan pentingnya kompetensi dan keahlian dalam menjalankan tanggung jawab. 

Rasulullah SAW juga telah memperingatkan umatnya tentang akibat buruk jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

"Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

(HR. Bukhari, No. 59).

Hadits ini menjadi peringatan penting bagi individu, masyarakat, dan bahkan pemimpin dalam skala yang lebih besar.

Makna Hadits

Hadits ini memiliki makna yang sangat mendalam. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa suatu tugas atau amanah harus diberikan kepada orang yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan di bidang tersebut. Jika tidak, hasilnya adalah ketidakteraturan, kesalahan, bahkan kehancuran, baik dalam lingkup kecil maupun besar.

1. Pentingnya Kompetensi

Kompetensi adalah salah satu faktor utama dalam keberhasilan suatu urusan. Dalam berbagai bidang—baik itu pendidikan, ekonomi, politik, maupun keagamaan—orang yang ahli akan lebih mampu menyelesaikan tantangan dengan solusi yang efektif. Sebaliknya, orang yang tidak memahami bidang tertentu cenderung membuat keputusan yang salah atau tidak tepat sasaran.

2. Akibat Tidak Amanah

Ketika suatu urusan diserahkan kepada orang yang tidak ahli, ada banyak risiko yang muncul:

Ketidakefisienan: Waktu, tenaga, dan sumber daya dapat terbuang sia-sia.

Kerugian: Salah pengelolaan bisa menyebabkan kerugian materi maupun immateri.

Kehilangan Kepercayaan: Orang akan kehilangan kepercayaan kepada pemimpin atau pengelola.

Kerusakan Sistem: Dalam skala yang lebih besar, kesalahan ini dapat merusak tatanan masyarakat, pemerintahan, atau organisasi.

3. Relevansi dengan Kehidupan Modern

Dalam konteks modern, hadits ini relevan dengan fenomena nepotisme, politik transaksional, atau penempatan seseorang di posisi strategis tanpa mempertimbangkan kompetensinya. Akibatnya, organisasi atau negara sering menghadapi krisis yang sebenarnya bisa dihindari jika amanah diberikan kepada yang benar-benar ahli.

Kriteria Orang yang Ahli

Islam memberikan beberapa pedoman dalam memilih seseorang untuk suatu amanah:

1. Ilmu dan Pengalaman: Orang tersebut harus memiliki ilmu yang cukup dan pengalaman di bidang yang relevan.

2. Amanah: Selain kompeten, seseorang harus jujur dan bertanggung jawab.

3. Komitmen: Orang yang ahli juga harus bersedia menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi.

4. Kepemimpinan: Dalam beberapa kasus, kemampuan memimpin dan menginspirasi orang lain menjadi kriteria penting.

Pelajaran yang Bisa Diambil

1. Pentingnya Seleksi Kepemimpinan

Dalam memilih pemimpin, pengelola, atau orang yang diberi tanggung jawab, masyarakat harus mengutamakan kompetensi dan integritas. Seleksi yang tepat akan membawa kebaikan, sedangkan seleksi yang salah akan membawa kehancuran.

2. Setiap Individu Harus Menjadi Ahli

Hadits ini juga mengingatkan setiap individu untuk terus belajar dan mengasah kemampuan agar menjadi ahli di bidang masing-masing. Dengan menjadi ahli, seseorang bisa berkontribusi lebih baik untuk kebaikan masyarakat.

3. Menghindari Nepotisme

Islam melarang pemberian amanah hanya karena kedekatan pribadi tanpa mempertimbangkan kompetensi. Nepotisme adalah salah satu bentuk penyalahgunaan amanah yang seringkali membawa kehancuran.

Kesimpulan

Dalam Pilkada serentak 27 November 2024 lusa, memilih pemimpin bukan sekadar urusan politik, tetapi tanggung jawab moral dan sosial yang menentukan masa depan daerah kita. 

Pastikan pilihan didasarkan pada integritas, kompetensi, dan rekam jejak calon, bukan karena janji manis, popularitas, atau hubungan pribadi. 

Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menjalankan amanah dengan jujur, adil, dan berpihak pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan golongan. 

Hindari memilih karena tekanan atau iming-iming sesaat, karena dampaknya akan dirasakan dalam jangka panjang oleh seluruh masyarakat. 

Memilih pemimpin bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga bagian dari ibadah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Islam mengajarkan untuk memilih pemimpin yang amanah, adil, dan memperjuangkan kebaikan bersama, karena keputusan untuk memilih pemimpin akan memengaruhi kehidupan masyarakat secara luas. 

Salah memilih pemimpin yang tidak jujur atau zalim berarti kita turut mendukung kerusakan yang mungkin kelak akan dibuatnya.

Gunakan hak pilih dengan bijak sebagai wujud kontribusi nyata untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan bersama.

Hadits Rasulullah SAW di atas, adalah peringatan yang sangat relevan bagi kita semua. Dalam segala aspek kehidupan, baik itu dalam keluarga, organisasi, maupun pemerintahan, amanah harus diberikan kepada orang yang benar-benar kompeten dan bertanggung jawab. Jika kita mengabaikan prinsip ini, kehancuran adalah akibat yang tak terelakkan.

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.